Mencintai Uang Di Persimpangan Kesembronoan dan Kebijaksanaan

Mencintai Uang Di Persimpangan Kesembronoan & Kebijaksanaan 
Dalam sejarahnya uang mengalami evolusi yang terus berubah-ubah, bermetamorfosa menjadi bentukan yang lain yang terus menginovasi yang hakikatnya adalah uang. Dahulu uang itu bisa dalam bentuk tanah makanya orang kaya disebut tuan tanah pada masa itu, sawah yang membentang tapi tak dibilang tuan sawah, punya kebon yang luas sampai membayar James Bon (jaga mesjid dan kebon), hewan ternak yang begitu banyak, memiliki emas termasuk ikan mas, memiliki perak, perunggu dll. Itu semua adalah uang dalam bentuk harta kebendaan yang bergerak.

Karena transaksi menggunakan barang-barang di atas dengan cara barter menyulitkan, bagai kepompong uang berubah wujudnya menjadi koin. Lantaran koin juga menyusahkan untuk beli barang yang mahal, karena harus memikul berkilo-kilo bahkan berton-ton uang koin atau logam untuk bertransaksi maka manusia dengan akalnya menciptakan uang kertas. Karena kadang uang kertas juga kurang praktis kalau hilang bikin nangis manusia pun berpikir membuat uang digital yang membantu mobilitas kehidupan manusia yang vital hingga digunakan buat menggatal.

Historikal uang yang begitu unik ini menyadarkan kepada kita bahwa kita itu lebih berharga daripada uang, karena kita yang menciptakan uang, artinya keberhargaan yang hakiki itu adalah di kitanya bukan di uangnya. Meskipun kita tak memiliki uang kita tetap berharga. Buktinya organ-organ tubuh kita ini dapat dibeli di black market secara ilegal, artinya bukan saya menyuruh menjual ginjal, jual kornea mata, dan lain-lain dari organ Anda, jelas itu membahayakan diri dan tak baik tapi kita sendiri adalah uang hakikat dan uang yang beredar itu non hakikat.

Uang hakikat di sini adalah kita memiliki bakat, skill atau talenta diri yang mengagumkan yang membuat orang bisa bersiul-siul dengan keterampilan kita itu. Nah itu semua menghasilkan. Tenaga yang kita miliki itu juga uang, ide juga uang, kecantikan juga uang, muka jelek Anda pun bisa menghasilkan uang, bahkan kotoran manusia atau human excreta bisa dipakai jadi fertilizer untuk dijadikan pupuk atau biogas, yang bisa dijadikan bahan bakar. Karena kotoran manusia itu mengandung gas, gak percaya! saat kentut letakkan pemantik api di depan lobang pantat, apinya bisa berkobar. Tapi ini tak disarankan karena kentut mengandung hidrogen dan nitrogen yang bisa memicu api yang lebih besar. Kan jadi berabe kalau pantat kita kebakaran. 

Nah kesemua yang ada pada diri kita adalah uang yang nyata, betapa berharganya kita betapa bernilainya kita. Artinya memang jangan menyepelekan orang yang tak punya uang atau yang belum bisa menghasilkan uang. Ingat bro, tak selamanya orang bokek terus, roda kehidupan terus berputar dan adakalanya Anda di atas adakalanya Anda di bawah. Seperti yang orang-orang bilang, "Jangan sombong selagi di atas karena di bawah juga enak."

Saat kita memiliki uang memang kepercayaan diri kita meningkat, lagi gak ada duit terasa down malah makin gak pede. Tapi ingat, “It’s good to have money and the things that money can buy, but it’s good, too, to check up once in a while and make sure that you haven’t lost the things that money can’t buy.” kata George Lorimer. Artinya: "Memiliki uang dan hal-hal yang dapat dibeli dengan uang itu bagus, tetapi ada baiknya juga, untuk memeriksanya sesekali dan memastikan bahwa kamu belum kehilangan hal-hal yang tidak dapat dibeli dengan uang."

Selalu ada hal yang bisa kita ingatkan pada diri kita saat kita rapuh tak ada uang, saat merasa susah kepuyengan karena banyak tagihan, itu dirasakan oleh setiap manusia. Namun jangan sampai kita sunyikan diri dari berpikir bahwa banyak kehidupan di dunia yang gak bisa dibeli dengan uang non hakikat itu. Belum pernah saya melihat orang membeli nafas, membeli nyawa, beli udara, beli kebersamaan dengan anggota keluarga, beli rindu, beli kehangatan orangtua, beli kegembiraan di masa anak-anak, dan banyak lagi. Bahkan beli aroma ketiak bapak kandung kita yang sudah tiada yang khas baunya itu kita gak mampu lagi.

Tapi jangan sampai menjadi orang-orang yang berpongah dalam keangkuhan spiritual sehingga merasa gak butuh uang lagi. Kita menjadi sombong jika terlalu tendensius mengatakan uang bukanlah segala-galanya. Karena masih ada kartu atm, mobile banking, SMS banking internet banking dll. Kalau segala-galanya butuh uang, katakan dan rasakan memang demikian supaya uang mencintai Anda. Sebab orang yang mau kebanjiran uang maka dia harus mencintai uang dan merindukannya. 

Dengan kata lain, mencintai uang di sini adalah tahu dan bijak menggunakan uang dengan sebaik-baiknya, digunakan untuk kebaikan, sosial, budaya dan moral. Mencintai uang di sini tidak menjadi pelit sehingga tak mau lagi berbagi kepada sesama, tidak juga terlalu royal kepada orang lain hingga pelit terhadap diri sendiri. Mencintai uang itu tahu betul akan keseimbangan dalam pola pemakaiannya. Karena hakikat diri kita adalah uang, mencintai diri kita akan menghasilkan uang non hakikat baik yang terukur atau dari sesuatu yang tak terkira. 

Uang memang tak bisa menjamin kebahagiaan kita kalau uangnya kurang apalagi gak ada uang. Membiarkan uang habis di kantong, kas maupun rekening itu adalah cara terbaik mendatangkan kesusahan hati.“ Many people take no care of their money till they come nearly to the end of it, and others do just the same with their time.” Kata Goethe. Artinya:
"Banyak orang tidak berhati-hati dengan uang mereka sampai hampir habis, dan yang lain melakukan hal yang sama dengan waktu mereka."

Dulu ada seseorang yang banyak duitnya mendatangi Nasrudin Hoja karena ia dianggap seseorang yang bijak. Orang tersebut berkata pada Nasrudin, "Uangku banyak, hartaku berlimpah, ini tas yang ku bawa berisi uang semua ini tapi aku tak merasakan kelegaan dan kebahagiaan. Kenapa itu ya Nasrudin?" Nasrudin dengan sigap mengambil tas orang kaya tersebut dengan paksa seperti penjambret. Orang kaya itu pun mengejar Nasrudin. Dia pun berlari sampai meninggalkannya di belakang. 

Dengan tergopoh-gopoh orang kaya tersebut tak tahan lagi mengejar Nasrudin. Lalu dia letakkan tas tersebut di tengah jalan sembari dia berondok di balik pohon yang tak jauh dengan tas tersebut. Mengetahui tas tersebut di tengah jalan orang kaya tersebut menyongsong ke arah itu dan mengambil tas tersebut sambil mengatakan, "Lega rasanya dan bahagia juga akhirnya uangku kembali. "

Nasrudin nongol setelah itu sambil tertawa-tawa dan berkata, "Itu salah satu cara mengubah kesedihan menjadi suka cita."

*Ustadz Miftah Cool. Penceramah yang suka film, musik, homor dan motivasi.
_________
#ustadzmiftahcool

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hadits Palsu (2) Wanita Di Neraka Selama 70000 Tahun Gara-Gara 1 helai Rambutnya Terlihat Lelaki Yang Bukan Mahramnya

Nabi Adam Menggunakan Bahasa Suryani Tidak Bahasa Arab (Bahasa Pertama Di Dunia)

Sunnah Zikir Tahlil Sambil Menggeleng-Gelengkan Kepala