Sunnah Zikir Tahlil Sambil Menggeleng-Gelengkan Kepala

Sunnah Zikir Tahlil Sambil Menggeleng-Gelengkan Kepala

Oleh : Al-Ustadz H. Miftahul Chair, S.Hi. MA
Genre : Fikih Islami

Amalan menggoyangkan kepala ke kanan dan ke kiri saat bertahlil (mengucapkan laa ilaaha illallah) sudah ada diterapkan oleh para sahabat Rasulullah Sayyidina Muhammad Saw. Dalam sebuah hadits (atsar) disebutkan,

عن إِسْمَاعِيلُ السُّدِّيُّ ، قَالَ : سَمِعْتُ أَبَا أَرَاكَةَ قَالَ : صَلَّيْتُ مَعَ عَلِيٍّ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - صَلاةَ الْفَجْرِ فَلَمَّا سَلَّمَ ، انْفَتَلَ عَنْ يَمِينِهِ ، ثُمَّ مَكَثَ كَأَنَّ عَلَيْهِ كَآبَةً ، حَتَّى إِذَا كَانَتِ الشَّمْسُ عَلَى حَائِطِ الْمَسْجِدِ قِيدَ رُمْحٍ ، قَلَّبَ يَدَهُ ، فَقَالَ : وَاللَّهِ لَقَدْ رَأَيْتُ أَصْحَابَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَا أَرَى الْيَوْمَ أَحَدًا يُشْبِهُهُمْ ، لَقَدْ كَانُوا يُصْبِحُونَ شُعْثًا غُبْرًا بَيْنَ أَعْيُنِهِمْ أَمْثَالُ رُكَبِ الْمِعْزَى ، قَدْ بَاتُوا للَّهِ سُجَّدًا وَقِيَامًا يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ ، يُرَاوِحُونَ بَيْنَ جِبَاهِهِمْ وَأَقْدَامِهِمْ ، فَإِذَا أَصْبَحُوا فَذَكَرُوا اللَّهَ مَادُوا كَمَا يَمِيدُ الشَّجَرُ فِي يَوْمِ الرِّيحِ وَهَمَلَتْ أَعْيُنُهُمْ حَتَّى تَبُلَّ ثِيَابَهُمْ ، وَاللَّهِ لَكَأَنَّ الْقَوْمَ بَاتُوا غَافِلِينَ . ثُمَّ نَهَضَ فَمَا رُئِيَ بَعْدَ ذَلِكَ مفترا = يَضْحَكُ ، حَتَّى ضَرَبَهُ ابْنُ مُلْجِمٍ.

Maknanya : “Dari Isma’il As-Suddy dia berkata, aku mendengar Abu Arakah menyampaikan : Aku solat subuh bersama “Ali RA tatkala selesai salam, dia pun menyadarkan tubuhnya ke sisi kanan, beliau diam seolah-olah dirundung duka sehingga matahari (mulai mencuatkan sinarnya) di dinding masjid sekedar sedikit, beliau solat dua rakaat. Beliau kemudian membalikkan tangannya lalu berkata: Demi Allah, sesungguhnya aku telah melihat sahabat-sahabat Rasulullah Muhammad SAW yang tidak pernah ku lihat pada hari ini sesuatu pun yang menyerupai mereka. Mereka berpagi-pagi dalam keadaan tidak mempunyai sesuatu, rambut mereka terlihat tidak rapi dan dalam keadaan berdebu. Di hadapan mereka seolah-olah kambing tunggangan (tubuh badan mereka lemah). Mereka benar-benar melalui malam hari (dengan beribadah) kerana Allah dalam keadaan sujud dan berdiri, mereka membaca ayat-ayat Allah, (tubuh-tubuh mereka) mereka hayun-hayunkan di antara dahi dan kaki mereka (dengan gerakan yang seirama). Apabila berpagi-pagi mereka berzikir mengingati Allah dengan menggoyangkan tubuh sebagaimana condongnya pohon dihembus angin. Air mata mereka berlinangan sehingga membasahi pakaian mereka. Demi Allah mereka seperti orang-orang yang linglung di malam hari karena banyaknya (berzikir itu). Kemudian Ali bangkit (setelah menyelesaikan zikirnya), adapun setelah itu tidak ada lagi yang meremehkan atau menertawakan zikir sambil menggoyang-goyangkan anggota tubuh sampai beliau terbunuh di tangan Abdurrahman Ibnu Muljim.” (HR. Abu Nu’aim pada bab Watsiqu ‘Ibaratihi, Ibnu ‘Asakir dalam Taarikh Dimasyq bab ‘Ali bin Abi Thalib).

Kita sering menyaksikan setiap habis shubuh atau pada saat wirid Yasin para jemaah yang dipandu oleh seorang yang diawali dengan “afdhaludz dzikri laa ilaha illallah” lalu dijawab dengan “Hayyun Baaq”, Hayyun Maujud” dan “Hayyun Maqshud” lalu membaca tahlil “laa ilaha illallah” secara bersama dengan menggoyang-goyangkan kepala. Itu semua ada dasarnya dari Rasulullah Saw yang dimplementasikan oleh para sahabat. Dengan ini Imam Ibnu ‘Abidin Al-Hanafi dalam kitabnya Raddul Muhtar ‘Alaa Durril Mukhtar bab mathlabul fi mustahillir raqshi jilid 4, hal. 259 menjelaskan,

مَا فِي التَّوَاجُدِ إنْ حَقَّقْتَ مِنْ حَرَجٍ وَلَا التَّمَايُلِ إنْ أَخْلَصْتَ مِنْ بَاس

Maknanya : “Tiada kesalahan dalam tawajud (berasyik-asyik dalam sesuatu) apabila memang suatu yang benar, dan tidak pula mengapa tamayul (gerakan ke kanan ke kiri depan belakang) apabila bersih dari riya saat berzikir atau bernyanyi.”

Terkait dengan hadits di atas Syaikh Abdul Qadir ‘Isa menjelaskan Ghani Al-Nabulisiy dalam kitabnya Haqa’iq ‘Anit Tashawwuf hal. 189,

وقد استدل الشيخ عبد الغني النابلسي رحمه الله بهذا الحديث في إحدى رسائله على ندب الإهتزاز بالذكر و قال : هذا صريح بأن الصحابة رضي الله عنهم كانوا يتحركون حركة شديدة في الذكر

Maknanya : “Syeikh Ghani Al-Nabulisiy menjadikan hadis ini sebagai dalil pada salah satu risalahnya atas kesunnahan bergoyang dalam zikir dan beliau berkata: “Ini jelas bahwa sahabat biasa bergoyang dengan goyangan yang dahsyat pada saat zikir.”

Pola gerakan kepala dari kanan ke kiri merupakan gerakan yang paripurna murni dari sahabat Rasulullah Saw yang tentunya mereka mendapatkan contohnya dari Rasulullah Saw. Imam Al-Kattani Al-Fasi dalam kitabnya Nidzamul Hukumah An-Nabawiyyah jilid 2, hal. 93 Menyatakan,

فقد خزج أبو نعيم فى الحلية عن الفضيل بن عياض كان أصحاب رسول الله  إذا ذكروا الله تمايلوا يمينا وشمالأ كما تتمايل الشجرة بالريح العاصف إلى أمام، ثم تراجع الى وراء

Maknanya : “Imam Fudhail bin ‘Iyadh menyatakan bahwa sahabat-sahabat Rasululah itu apabila mereka berzikir maka mereka akan bergoyang ke kanan ke kiri seperti pohon yang tertiup angin kencang bergoyang lagi ke depan kemudian secara bergantian ke belakang.”

Rasulullah Saw pernah mengatakan bahwa zikir tahlil laa ilaha illallah adalah zikir yang paling utama, karenanya banyak kita umat Islam yang membacanya berulang-ulang bahkan sangkin asyiknya kepala pun bergoyang. Sehubungan dengan hal ini Rasulullah Saw bersabda :

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «أَكْثِرُوا ذِكْرَ اللَّهِ حَتَّى يَقُولُوا: مَجْنُونٌ

Maknanya : “Dari Abi Sai’d Al-Khudri, Rasulullah Saw mengatakan : Perbanyaklah mengingat Allah sampai morang mengatakan kamu sekalian itu gila (sangkin asyiknya).” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya No. 817, Imam Hakim menyatakan hadits ini shahihul isnad No.1839).

Imam Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya nya bab dzikrul bayan jilid 3, hal. 99 tersebut menyatakan,

إستحباب الِاسْتِهْتَارِ لِلْمَرْءِ بِذِكْرِ رَبِّهِ جَلَّ وَعَلَ

Maknanya : “Sunnah bagi seseorang tenggelam atau pun larut (istihtar) saat mengingat Tuhannya Jalla Wa ‘Ala.” Saat seorang tengah berzikir, menggoyangkan kepala ke kanan dan ke kiri merupakan teknik untuk mencapai rasa tenggelam dalam labuhan makrifat kepada Allah. Analogisnya, mendengar sebuah nyanyian atau musik secara spontanitas badan bergerak, terutama kepala bergoyang terbawa alunan, keasyikan seperti tidak mau diganggu, tidak peduli orang sekitar dan tidak ada yang diucapkan kecuali apa yang tengah diiramakan. Begitulah, zikir atau saat bertahlil ayunan irama zikir tersebut membentuk gerakan-gerakan teratur seperti orang yang sedang dimabuk cinta. Dalam ranah sufi kondisi ini disebut “’usyaq”. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Mukasyafatul Qulub; Al-Muqarribu Ilaa Hadhrati ‘Allamil Ghuyub hal. 30,

الحب عبارة عن ميل الطبع الى الشيء الملذ فإن تأكد ذلك الميل وقوي سمي عشقا

Maknanya : “Yang dimaksud dengan cinta itu adalah kecenderungan pada sesuatu yang melezatkan, jika kecenderungan itu kokoh dan kuat dinamakan keasyikan ‘usyaq.”

Gerakan goyang tubuh atau gelengan kepala ke kanan dan ke kiri merupakan sikap rendah diri manusia kepada Allah Swt. Dia memperlakukan gerak alam seperti itu juga, seperti dalam Firman-Nya :

أو لَمْ يَرَوْا إلى ما خَلَقَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ يَتَفَيَّأُ ظِلالُهُ عَنِ الْيَمينِ والشَّمائِلِ سُجَّداً لِلَّهِ وَهُمْ داخِرونَ

Maknanya : “Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada Allah, sedang mereka berendah diri?.” (QS. Al-Nahl: 48).

Sebagai finishing, zikir dengan menggerakan anggota tubuh seperti kepala merupakan cara yang baik mengikuti tuntunan Allah, Rasulullah Saw dan para sahabatnya. Syeikh Al-Khalili Asy-Syafi’i dalam kitabnya Fatawil Khalili ‘Alal Madzhabisy Syafi’i bab fiima yafa’luhunnas hal. 36 menyatakan,

أن الحركة فى الذكر والقراءة ليست محرمة ولا مكروهة بل هي مطلوبة فى جملة أحوال الذاكرين من قيام وقعود وجنوب وحركة وسكون وسفر وحضر وغني وفقر

Maknanya : “Menggerakkan (anggota tubuh) ketika berdzikir maupun membaca (al-qur’an) bukanlah sesuatu yang haram ataupun makruh. Akan tetapi sangat dianjurkan dalam semua kondisi orang-orang yang sedang berzikir baik ketika berdiri, duduk, berbaring, bergerak, diam, dalam perjalanan, di rumah, ketika kaya, ataupun ketika faqir.”

Semoga bermanfaat dan mendapat rahmat. Marilah kita mngamalkannya lebih baik, lebih tekun dan lebih ikhlas lagi untuk mencapai ridha Allah hari ini dan selamanya.

Ustadz Mendunia : Al-Ustadz H. Miftahul Chair, S.Hi. MA.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hadits Palsu (2) Wanita Di Neraka Selama 70000 Tahun Gara-Gara 1 helai Rambutnya Terlihat Lelaki Yang Bukan Mahramnya

Nabi Adam Menggunakan Bahasa Suryani Tidak Bahasa Arab (Bahasa Pertama Di Dunia)