Nabi Adam Menggunakan Bahasa Suryani Tidak Bahasa Arab (Bahasa Pertama Di Dunia)

Nabi Adam Menggunakan Bahasa Suryani Tidak Bahasa Arab (Bahasa Pertama Di Dunia)

Oleh : Al-Ustadz H. Miftahul Chair, S.Hi. MA
Genre : Sejarah Bahasa Dunia

Hal ini sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah Sayyidina Muhammad Saw dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban dalam Shahihnya pada bab dzikrul istihbab lilmar’i an yakuna lahu min kulli khair, sebagai berikut :

يَا أَبَا ذَرٍّ أَرْبَعَةٌ سُرْيَانِيُّونَ آدَمُ وَشِيثُ وَأَخْنُوخُ وَهُوَ إِدْرِيسُ وَهُوَ أَوَّلُ مَنْ خَطَّ بِالْقَلَمِ وَنُوح

Maknanya : “Wahai Abu Dzar, ada 4 Nabi yang berasal dari bangsa Suryani, yakni Adam, Syits; Akhnukh; yakni Idris, yaitu orang yang pertama kali menulis dengan pena; dan Nuh.” (HR. Ibnu Hibban N0. 361 dan Abu Nu’aim dalam Hilyatul Awliya pada Abu Dzar Al-Ghifari).

Sejak Nabi Adam sampai Nabi Nuh penggunaan bahasa Suryani merupakan hal yang lazim dalam berkomunikasi. Bahasa Suryani adalah nenek moyang seluruh bahasa yang ada di dunia, bangsa Babylonia pada masa Mesopotamia dahulu. Dari bahasa ini muncullah bahasa Ibrani dari bahasa Ibrani lahir pecahannya yaitu bahasa Arab. Proses perubahan bahasa ini terjadi sejak masa cucu Nabi Nuh dari anak beliau Yafits bin Nuh dan hancurnya dialek bahasa anak Nabi Nuh secara tiba-tiba.

Sami’ bin Abdullah Al-Maghluts dalam kitabnya Athlasu Tarikhul Anbiya War Rasul hal. 80 menjelaskan, Abu Hanifah Ad-Dainuri menyebutkan bahwa pada masa raja Jamm pernah terjadi kekacauan bahasa di Babylon. Sebab, keturunan Nabi Nuh banyak yang tinggal di sana dan memenuhi daerah tersebut. Awalnya mereka semua berbahasa Suryani atau bahasa Nabi Nuh. Namun suatu hari, lidah mereka kacau, dialek mereka berubah, dan sebahagian bercampur dengan bahasa asing. Akhirnya setiap kelompok berbicara dengan bahasa yang diikuti keturunan mereka hingga saat ini.

Begitu pentingnya bahasa Suryani, sampai-sampai Nabi Muhammad Saw menyuruh sahabatnya Zaid bin Tasbit RA untuk mempelajarinya. Dapat dilihat pada hadits berikut,

عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ قَالَ أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ  أَنْ أَتَعَلَّمَ السُّرْيَانِيَّةَ

Maknanya : “Dari Zaid bin Tsabit RA berkata : Rasulullah Saw. memerintahkanku agar saya mempelajari Bahasa Suryani.” (HR. Tirmidzi dalam sunannya bab maa jaa'a fi ta'limis suryaniyyah No. 2639).

Mengapa Rasulullah Saw menyuruh zaid secara khusus untuk mempelajari itu, karena beliau adalah sahabat Nabi Saw yang ahli bahasa di masanya. Rasulullah Saw menunjuk Zaid untuk mempelajari bahasa Suryani untuk menyingkap bahasa Alquran yang masih ada kontaminasinya dengan bahasa Suryani dengan perbedan aksen.

Bahkan Zaid bukan belajar bahasa Suryani tapi beliau mengkaji bahasa Yahudi atau Ibrani sebagaimana keterangan dari Imam Ali Al-Mubarakfuri dalam kitabnya Tuhfatul Ahwadzi jilid 7 hal. 413 ketika menjelaskan makna hadits di atas,

يُمْكِنُ أَنْ تُتَّخَذَ مَعَ قِصَّةِ خَارِجَةَ بِأَنَّ مِنْ لَازِمِ تَعَلُّمِ كِتَابَةِ الْيَهُودِيَّةِ تَعَلُّمَ لِسَانِهِمْ وَلِسَانُهُمُ السُّرْيَانِيَّةُ لَكِنَّ الْمَعْرُوفَ أَنَّ لِسَانَهُمُ الْعِبْرَانِيَّةُ فَيُحْتَمَلُ أَنَّ زَيْدًا تَعَلَّمَ اللِّسَانَيْنِ لِاحْتِيَاجِهِ إِلَى ذَلِك

Maknanya : “Bisa jadi Zaid mengambil item yang lain, berangkat dari kelaziman bahwa Zaid mempelajari tulisan Yahudi berarti mempelajari dialeknya, dan dialek mereka ada kesuryaniannya. Namun yang populer bahwa dialek mereka adalah Ibrani. Bisa saja Zaid mempelajari dua bahasa sekaligus karena pentingnya ke arah itu.”

Apalagi di dalam Alquran terkandung bahasa kosa kata bahasa Suryani seperti dalam surat Maryam ayat 24,

فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا

Maknanya : “Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.”

Kata Sariyya pada ayat, dijelaskan oleh Imam Ath-Thabari dalam kitabnya Tafsir Ath-Thabari jilid 18 hal. 176,

عن مجاهد (سَرِيًّا) قال: نهر بالسريانية.

Maknanya : “Dari Imam Mujahid kata “sariyya” berarti sungai dalam bahasa Suryani.”

Finally, Zaid adalah sahabat yang paling paham dengan bahasa Suryani sehingga beliau diangkat menjadi penulis wahyu yang handal oleh Abu Bakar pada waktu itu. Tapi walaupun begitu, Zaid bin Tsabit memiliki keterbatasan intelektualitasnya terhadap bahasa Suryani sehingga meninggalkan beberapa kata dalam Alquran seperti alif lamim, alif lam ra, thasin mim, hamim, qaf, nun dll tanpa penjelasan seolah-olah tanpa makna.

Ini menunjukkan bahasa Suryani menjadi bahasa awal, dengan keyakinan saya bahwa dialog yang terjadi antara Allah dengan Nabi Adam menggunakan bahasa Suryani.

Intinya mempelajari bahasa kaum atau negara atau suku menambah stok perbendaharaan keyakinan kepada Tuhan. Karena uniknya suatu bahasa, dari tulisan, pelafalan, hingga ucapan masing-masing memiliki disiplin ilmu. Semakin dalam kita pelajari suatu bahasa semakin kagum kita dengan yang menciptakan bahasa itu.

Semoga bermanfaat.

Sang Pecinta Kedamaian : Ustadz Miftah.

Komentar

  1. Informasi yang menarik! Jazakallah khairan, ustadz. Mengenai awal kekacauan bahasa yang terjadi di Babilon, juga telah diceritakan pada Alkitab bab Kejadian 11:1-9.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hadits Palsu (2) Wanita Di Neraka Selama 70000 Tahun Gara-Gara 1 helai Rambutnya Terlihat Lelaki Yang Bukan Mahramnya

Sunnah Zikir Tahlil Sambil Menggeleng-Gelengkan Kepala