Saya & Gus Miftah Berbeda Orang, Sama Pada Nama & Arah Berjuang

Saya & Gus Miftah Berbeda Orang, Sama Pada Nama & Arah Berjuang 

Author : Al-Ustadz H. Miftahul Chair, S.Hi. MA

Ucapan yang tiada terhingga kepada Ustadz Drs. H. Syaz Marpaung (Saiful Azhar) dari Batu Bara Sumut yang telah membuat tulisan dahsyat yang memperjelas identitas saya bahwa saya bukan Gus Miftah yang dipersangkakan sebagian kecil warga netizen.

Saya putra asal Melayu Langkat sedangkan Gus Miftah Maulana Habiburrahman adalah Putra asal Tanah Jawa. Saya dan Gus Miftah memiliki sebahagian besar persamaan dalam mengkonsepsi dakwah Islam yang sejuk, ramah atau populer dengan dakwah Islam berkasih sayang dan itu merupakan aksioma dari Islam di Nusantara.

Selain itu pula kami memiliki aksentuasi dakwah yang berurat dan berakar pada nilai nasionalisme, patriotisme dan bhinekaisme yang menghargai perbedaan dan mencegah sekat-sekat perbedaan. 

Kami tidak ingin Indonesia ini dirongrong oleh paham-paham ekstrimis, wahabis, terorisme apalagi khilafahisme. Sekali Pancasila tetap Pancasila itulah dedikasi kami buat NKRI.

Saya memutuskan menambah kata cool menjadi 'Ustadz Miftah Cool" dalam panggilan saya untuk membedakan saya dengan Gus Miftah. Kata cool sendiri sebenarnya diambil dari judul novel yang belum rampung saya buat. Channel youtube saya pun saya berikan nama Ustadz Miftah Cool untuk memudahkan pencarian.

Saya dilahirkan di Medan Sumatera Utara oleh ibu kandung saya Fathimatuzzahrah. Almarhum Bapak saya adalah seorang PNS yang mahir beretorika dalam pidato. Itulah barangkali saya bisa berceramah mewarisi talenta yang menurun darinya. 

Bapak saya itu seorang yang sangat nasionalis, beliau punya teman dan sahabat berlainan suku, agama dan etnis. Beliau memiliki teman yang beragama Buddha, Hindu, Kristen dll. Beliau banyak teman di kalangan etnis Tionghoa dan India. Saya mengetahui ini karena saat kecil saya sering diajak berkeliling untuk bertamu ke rumah teman-teman baik bapak saya.

Adapun nama saya ini, diberikan langsung oleh kakek buyut saya (atu sebutan buyut dalam bahasa Melayu) setelah ditawarkan 3 opsi pilihan nama. Akhirnya ayah saya memutuskan memilih nama saya saat itu Miftahul Chair yakni kunci kebaikan (good key). Berharap kelak saya membuka kebaikan untuk banyak orang.

Mengenai buyut saya itu, Syeikh Faqih Wahab Arsyad Al-Hajj adalah keturunan dari Faqih Tambah yang pernah menjadi pemimpin thariqah persulukan Naqsyabandiyyah di Babussalam atau yang dikenal dengan Besilam Tanjung Pura. 

Buyut saya itu orangnya lembut dan cinta tanah air karena memang latar belakang beliau yang menyenangi ilmu tasawuf dan fiqh, sama halnya dengan saya kecenderungan ini sehingga S2 UIN SUMUT saya pun hukum Islam.

Sementara Bapaknya bapak saya atau kakek (atok) Salman adalah seorang guru SD PNS yang dahulu semasa hidup ahli berpidato, beliau banyak mengajarkan saya puisi-puisi Khairil Anwar hingga T. Amir Hamzah. Beliau banyak bercerita tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang patriot.

Kakek dari pihak ibu saya H. Muhammad Ilyas Ya'qub sempat berguru kepada buyut yang telah saya ceritakan di atas. Beliau banyak menguasai cerita-cerita rakyat maupun legenda. Saya banyak belajar dari atok saya itu kemahirannya dalam bercerita yang tak membuat pendengarnya mengantuk karena beliau sangat humoris. 

Atok saya itu memiliki jasa dalam kemerdekaan '45, di masa Belanda beliau kerap membantu menyeberangkan tentara Indonesia dengan getek yang dimilikinya di Sungai Tanjung Selamat dahulu agar tentara tersebut bisa berpindah dari satu zona ke zona berikutnya.

Jadi memang dari kecil saya sudah terbiasa dididik dengan keislaman yang mendalam dan hal-hal yang beraroma nasionalisme karena kakek-kakek saya dahulunya adalah pejuang '45.

Free to shared.
__________
#ustadzmiftahcool

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=869783150178151&id=100014394222149

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hadits Palsu (2) Wanita Di Neraka Selama 70000 Tahun Gara-Gara 1 helai Rambutnya Terlihat Lelaki Yang Bukan Mahramnya

Nabi Adam Menggunakan Bahasa Suryani Tidak Bahasa Arab (Bahasa Pertama Di Dunia)

Sunnah Zikir Tahlil Sambil Menggeleng-Gelengkan Kepala