Kitab Suci Itu Rumit & Afektif

Kitab Suci Itu Rumit & Afektif

Kitab suci itu seperti kita membaca buku operasi (bedah). Kedua-duanya boleh dibaca tapi tidak sembarangan dipraktekkan. Karena dalam kitab tersebut ada cerita masa lalu dan hukum masa lalu. Sembarangan comot ayat itu berbahaya apalagi ayat-ayat yang butuh penafsiran yang kompleks. 

Saya setiap membawa ayat-ayat dari Alquran, saya selalu berupaya menyertakan tafsir dari para ulama terdahulu seperti Tafsir Al-Quthubi, Jami'ul Bayan Fi Ta'wilil Quran, Tafsir Al-Baidhawi dll, menganalisanya lalu memilih tafsir yang lebih memanusiakan manusia dan sesuai dengan relevansial zaman supaya tetap uptodate. 

Tak bisa asal comot atau ambil ayat lalu dibagikan. Tidak semudah itu Alquran digunakan. Allah menurunkan Alquran agar manusia mendayagunakan akalnya secara optimal. Lagi-lagi kemampuan dalam menggunakan akal tidaklah diberikan kepada semua orang sekaligus. Semua ada tahapan-tahapannya.

Timbulnya penafsiran hingga terjadi multi tafsir, karena esensi kitab suci seperti itu. Tidak ada buku di dunia ini yang isinya ayat-ayat dari kitab suci yang dijelaskan dan dikembangkan tanpa menggunakan akal. Itu lumrah dan sumringah.

Namun walaupun begitu ayat-ayat tentang cinta, kasih sayang dan perdamaian terkadang tidak perlu penafsiran yang komprehensif, karena inti dari wawasan di kitab suci adalah mengajak damai bukan membantai. 

Tidak hanya Islam, di semua agama pasti tidak boleh langsung mencomot ayat lalu berhukum dengan ayat itu. Terdapat prosedural yang rumit dan waktu yang tak singkat untuk mengungkap maksud ayat.

Inilah yang harusnya kita hindari, pencomotan yang ekstremitas. Berapa banyak ayat yang dikonsumsi pihak tertentu untuk membunuhi orang atas nama jihad padahal itu jelas-jelas terorisme atau melakukan tindak kejahatan dan kecurangan untuk mengelabui manusia.

Sekali lagi saya sampaikan sebagaimana dalam paragraf kedua, kita harus mencari ilmu atau wawasan yang di mana wawasan dari tafsiran manusia itu penuh dengan nilai-nilai keluhuran manusia dan kebebasan yang aksiologis, dinamis dan rasionalis.
______________
#ustadzmiftahcool

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hadits Palsu (2) Wanita Di Neraka Selama 70000 Tahun Gara-Gara 1 helai Rambutnya Terlihat Lelaki Yang Bukan Mahramnya

Nabi Adam Menggunakan Bahasa Suryani Tidak Bahasa Arab (Bahasa Pertama Di Dunia)

Sunnah Zikir Tahlil Sambil Menggeleng-Gelengkan Kepala