Bahasa Arab Bukan Bahasa Penduduk Surga

Bahasa Arab Bukan Bahasa Penduduk Surga
Oleh : Al-Ustadz Miftahul Chair, S.Hi. MA
Genre : Kajian Hadits

Tidak ada yang tahu bahasa apa yang digunakan di surga atau alam dimensional ukhrawi kelak. Hanya Allah Swt yang Maha Tahu tentang itu. Mari kita teliti, dalam sebuah hadits disebutkan,

أَحِبُّوا الْعَرَبَ لِثَلَاثٍ: لِأَنِّي عَرَبِيٌّ، وَالْقُرْآنُ عَرَبِيٌّ، وَلِسَانُ أَهْلِ الْجَنَّةِ عَرَبِيٌّ

Maknanya : “Cintailah Arab berdasarkan 3 perkara : Karena aku orang Arab, Quran berbahasa Arab dan bahasa penduduk surga adalah bahasa Arab.” (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jamul Awsath No. 5583).

Ada semacam kejanggalan dalam redaksi atau matan dari hadits ini seolah-olah menempatkan Arab di atas segala-galanya padahal Islam dapat diterima di semua bangsa. Baiklah, kita masuk kepada bagian sanadnya, Imam Ath-Thabrani menjelaskan dalam kitab Al-Mu’jamul Awsathnya jilid 5, hal. 369,

لَمْ يَرْوِ هَذَا الْحَدِيثَ عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ إِلَّا يَحْيَى بْنُ بُرَيْدٍ، تَفَرَّدَ بِهِ: الْعَلَاءُ بْنُ عَمْرٍ

Maknanya : “Tidak ada yang meriwayatkan hadits ini dari Ibnu Juraij kecuali Yahya bin Buraid, Al-‘Ala’ bin Umar hanya dia sendiri yang meriwayatkan.”

Esensi hadits ini dapat diketahui tidaklah kuat bahkan sangat lemah dan tidak bisa dijadikan sandaran padahal ini adalah hadits yang berkenaan dengan ukhrawi tentunya kita membutuhkan hadits yang mutawatir paling tidak shahih untuk menjelaskan penggunaan bahasa apa di surga.

Bagaimana tanggapan para ulama tentang hadits ini?

Hadits ini dinilai oleh para ulama sebagai hadits yang lemah hingga palsu karena ada penyampai hadits yang bernama Al-‘Alaa’ bin Amar dan Muhammad bin Fadhl dalam hadits lain. Imam As-Sakhawi dalam kitabnya Al-Maqashidul Hasanah Fi Bayani Katsirin Minal Ahaditsil Musytahirah Minal Alsinah hal. 63 menilai objektifitas hadits ini,

ومتابعة محمد بن الفضل التي أخرجها الحاكم أيضا من جهته عن ابن جريج لا يعتد بها فابن الفضل لا يصلح للمتابعة ولا يعتبر بحديثه للاتفاق على ضعفه واتهامه بالكذب ولكن لحديث ابن عباس شاهد رواه الطبراني أيضا في معجمه الأوسط وهو مع ضعفه أيضا أصح من حديث ابن عباس

Maknanya : “Hadits sokongan Muhammad bin Al-Fadhl yang dikeluarkan oleh Al-Hakim dari Ibnu Juraij tidak masuk dalam hadits shahih. Ibnul Fadhl tidaklah baik haditsnya dijadikan sandaran,  dan haditsnya tidak dapat dijadikan i’tibar karena sepakatnya ahli hadits akan kedha’ifannya apalagi ia dianggap sebagai pendusta. Namun hadits Ibnu Abbas ada hadits penyokongnya yakni Imam Ath-Thabrani yang juga meriwayatkan bunyi hadits yang sama dalam Al-Mu’jamul Awsathnya yang haditsnya lebih baik dari hadits Ibnu Abbas tadi tetapi tetap dalam kelemahannya.”

Adz-Dzahabi dalam kitabnya Mizanul I’tidal jilid 3 hal 103 menjelaskan

العلاء بن عمر الحنفي الكوفى متروك قال ابن حبان: لا يجوز الاحتجاج به بحال

Maknanya : “ Al-‘Alaa’ bin Amr Al-Hanafi Al-Kuufi, hadits yang disampaikannya matruk atau dicap sebagai kedustaan. Ibnu Hibban mengatakan tidak boleh menjadikan hadits darinya sebagai hujjah dalam satu situasi.”

Walapun begitu tetap saya menghargai ada juga para ulama seperti Imam Hakim menyatakan shahih, Imam As-Suyuthi dalam kitabnya Jami’us Shaghir dan Al-‘Ajluni dalam kitabnya Kasyful Khafaa’ menyatakan walaupun haditsnya bermasalah dalam sanadnya tapi sebahagian maknanya baik dan hadits tersebut hasan ligharihi. Bahkan Imam As-Suyuthi mengeritik Adz-Dzahabi terlalu terburu-buru pada status hadits ini dalam kitabnya Al-La’aali Al-Mashnu’ah.

Namun yang perlu kita pahami dengan yang menyatakan hadits tersebut lemah hingga palsu sangat banyak dari ahli-ahli hadits masa dahulu seperti Imam Ibnu Adi’ bahwa sanadnya dari Al-‘Alaa’ bin ‘Amr ini penuh dengan kedustaan atau kebohongan (lahu manakirah katsirah). Imam Asy-Syaukani memposisikan hadits ini di kitabnya yang mengupas tentang hadits-hadits palsu, demikian Ibnul Jauzi dalam kitab Al-Maudhu’at yang berisi hadits-hadits palsu.

Pernyataan banyak para ulama bahwa hadits ini tidak menjadi dasar bahwa penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa penduduk surga patut diapresiasi. Lantaran di masa dahulu juga beredar hadits bahwa para malaikat berbahasa persia sebagai umpan balik untuk mendebat yang menyebarkan hadits bahwa bahasa penduduk surga adalah bahasa Arab.

Cintailah Arab itu kalimat yang terkesan nepotis dan opurtunis yang jauh dari ruh agama itu sendiri. Berbeda jika kalimatnya cintailah Nabi, cintailah Alquran, dan bahasa penduduk surga hanya Allah yang Maha Mengetahui, itu pasti kita terima. Kesan nepotis yang berimplikasi hiperbolik terhadap Arab, penyanjungan tingkat tinggi yang digeneralisir memberi kesan bahwa Islam itu hanya untuk Arab. Hadits tersebut bertentangan dengan sabda Rasulullah Sayyidina Muhammad Saw dalam haditsnya yang shahih berikut,

يا أيها الناس، إن ربكم واحد وأباكم واحد أَلاَ لاَ فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى عَجَمِيٍّ وَلاَ عَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ وَلاَ أَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلاَ أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلاَّ بِالتَّقْوَى

Maknanya : “Wahai sekalian manusia! Rabb kalian satu, dan ayah kalian satu (maksudnya Nabi Adam)Ketahuilah bahwa tidak ada keutamaan bagi orang ‘Arab di atas orang ‘Ajam (non ‘Arab), tidak keutamaan bagi orang ajam di atas orang arab, juga bagi yang berkulit merah di atas yang berkulit hitam atau bagi yang berkulit hitam di atas yang berkulit merah kecuali dengan sebab ketakwaan.”

Syeikh Al-Arnauth dalam kitabnya Manarul Qari jilid 1 hal. 115 menjelaskan hadits di atas,

الإِسلام لا يميز بين الناس بالألوان، وإنما يفاضل بينهم بالتقوى والعمل الصالح

Maknanya : “Islam adalah agama yang tidak mengistimewakan di antara manusia berdasarkan warna kulitnya. Sesungguhnya yang dilebihkan itu adalah ketakwaan dan perbuatan baik yang mereka lakukan.”

Jadi jelaslah sudah, bahwa yang paling selamat dalam kerangka berpikir mengenai bahwa bahasa penduduk surga adalah bukan bahasa Arab tetapi bahasa yang tersendiri yang sudah direncanakan Allah untuk manusia. Karena Allah itu Badii’ Maha Indah, Maha Kreatif yang selalu memiliki hal baru. Dia yang menciptakan bahasa di dunia dan tentunya memiliki stok bahasa yang lebih indah dan cantik di akhirat kelak.

Sang Pecinta Kedamaian : Ustadz Miftah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hadits Palsu (2) Wanita Di Neraka Selama 70000 Tahun Gara-Gara 1 helai Rambutnya Terlihat Lelaki Yang Bukan Mahramnya

Nabi Adam Menggunakan Bahasa Suryani Tidak Bahasa Arab (Bahasa Pertama Di Dunia)

Sunnah Zikir Tahlil Sambil Menggeleng-Gelengkan Kepala