Cinta Tanah Air Kedamaian Pun Mengalir

Cinta Tanah Air Kedamaian Pun Mengalir

Oleh : Al-Ustadz Miftahul Chair Al-Fat, S.Hi. MA
Genre : Kajian Sosial Islami

Cinta tanah air adalah sebahagian dari iman, sebuah ungkapan yang sangat populer dan familiar didengar oleh telinga dan dilihat oleh mata dalam slogan maupun tulisan. Namun banyak hakikat ini yang terlupakan, ungkapannya hapal namun maknanya tak bisa ditangkap secara frontal. Padahal Rasulullah Saw yang menyatakannya sejak 14 abad yang lalu dalam sebuah sabdanya yang ekslusif dan fantastik,

حُبُّ الْوَطَن مِنَ الْإِيمَانِ

Maknanya : “Cinta tanah air adalah bagian dari keimanan.”

Hadits ini merupakan hadits yang memang datang dari Rasulullah Sayyidina Muhammad Saw walaupun ada indikasi perbedaan para ulama menetapkan bahwa hadits ini bukan berasal dari Rasulullah Saw alias hadits maudhu’. Namun para ulama yang bersikap netral (tawasuth) dalam memahami hadits ini mengatakan bahwa hadits ini layak dijadikan pegangan untuk beramal. Imam Abdur Rahman As-Sakhawi dalam kitabnya Al-Maqashidul Hasanah Fii Bayani Katsirin Minal Ahaditsil Musytahirah ‘Alal Alsinah hal. 297 dan Isma’il Al-‘Ajluni Asy-syafi’i dalam kitabnya Kasyful Khafa’ Wa Muzilul Ilbas ‘Amma Isytahara Minal Ahadits ‘Ala Alsinatin Nas jilid 1, hal. 345 menyatakan,

لم أقف عليه ومعناه صحيح

Maknanya : “Saya belum pernah menemui hadits ini akan tetapi secara makna benar (shahih).”

Pernyataan Imam As-Sakhawi ini dapat dipahami dengan baik beliau berada di oposisi tentang validitas hadits ini shahih atau tidak, namun nalarnya menguatkan bahwa hadits ini adalah shahih sebagai pembelaannya yang moderatif terhadap hadits Rasulullah Saw yang putus mata rantai sanadnya.

Makna Di Balik Cinta Tanah Air Bagian Dari Keimanan

Para ulama pun berusaha mencoba mengembangkan dan mengejawantahkan hadits hubbul wathan minal iman adalah sebuah kebenaran yang tidak terbantahkan. Di dalam kitab Asadul Ghabah Jilid 1, hal. 63, Imam Ibnul Atsir menyebutkan sebuah riwayat,

وَقَدْ جَاءَ فِي حَدِيثِ أُصَيْلٍ - أَيْ: بِالتَّصْغِيرِ - الْغِفَارِيِّ، وَيُقَالُ فِيهِ الْهُذَلِيُّ، أَنَّهُ «قَدِمَ مِنْ مَكَّةَ فَسَأَلَتْهُ عَائِشَةُ: كَيْفَ تَرَكْتَ مَكَّةَ يَا أُصَيْلُ؟ قَالَ: تَرَكْتُهَا حِينَ ابْيَضَّتْ أَبَاطِحُهَا وَأَحْجَنَ ثُمَامُهَا وَأَعْذَقَ إِذْخِرُهَا وَأَمْشَرَ سَلَمُهَا، فَاغْرَوْرَقَتْ عَيْنَاهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ: تَشَوَّقْنَا يَا أُصَيْل

Maknanya : “Dalam sebuah hadits dari “Ushail dengan shighat tashghir, yakni Ushail Al-Ghifari, dikatakan dia juga Hudzali, bahwa dia tiba dari kota Makkah. Aisyah RA bertanya kepadanya, bagaimana keadaan kota Makkah sepeninggalmu Ya Ushail? Dia mengatkan, saya tinggalkan kota Makkah putih bersih bebatuannya, terawat tumbuh-tumbuhannya, terjaga pusakanya dan tercipta kedamaian di dalamnya. Mata Rasulullah Saw langsung basah mendengar pernyataan Ushail. Rasulullah Saw bersabda : Engkau membuat kami rindu (pada Makkah) ya Ushail.” (HR. Abdur Rahman Al-Qurasyi).

Dari hadits di atas saya mendapati beberapa point :

1. Rasulullah Saw demikian cinta dengan tanah airnya Makkah sampai-sampai beliau menangis rindu mengenang kota kelahirannya. Kecintaan beliau kepada Makkah bukti bahwa keimanan yang kuat di dalam hatinya. Kita pun juga harus menguatkan rasa cinta kepada tanah air kita Indonesia.

2. Tanah air atau tanah kelahiran harus dijaga, seperti meningkatkan kebersihannya, mengondisikan sampah agar tidak terjadi banjir yang mengakibatkan rusaknya infrastruktur yang ada dan timulnya berbagai penyakit.

3. Merawat tetumbuhannya dengan mempertahankan ekosistem yang baik. Di tengah gedung-gedung tinggi pencakar langit tetap melakukan penghijauan, penanaman hutan lindung dan tidak menebangi hutan dengan sembarangan dan memburu hewan-hewan secara tidak bertanggung jawab. Indonesia adalah negara yang digelari dengan paru-paru dunia maka sudah sepantasnya kita jaga keharmonisan anatara manusia dengan alam.

4. Menjaga pusaka, artinya menjaga adat dan budaya yang ada, mempertahankannya dan melindunginya dari pencaplokan warga asing. Menjaga situs-situs sejarah dan memperindahnya bukan malah menghancurkannya demi kepentingan sesaat.

5. Menciptakan kedamaian dan ketentraman, berarti menjaga nama baik Negara Kesatuan Republik Indonesia, saling membantu, saling asah asih dan asuh, saling berbagi, berusaha meredam konflik dengan bersabar untuk mencegah kerusakan yang lebih besar atau menyelamatkan negara dari kehancuran. Tidak menggunakan isu-isu agama yang malah memperluas jurang pemisah, menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan.

Semua point yang saya jelaskan di atas telah pula dikemukakan oleh para ulama dengan sedikit tambahan dari mereka namun memiliki makna yang mendalam tentang maksud cinta tanah air ini, di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Imam Ibnu ‘Allan dalam kitabnya Dalilul Falihin Lithuruqi Riyadhish Shalihin bab fadhlus Siwak jilid 1, hal. 22,

هذا هو المراد من حديث «حبّ الوطن من الإيمان» أي: فينبغي لكامل الإيمان أن يعمر وطنه بالعمل الصالح والإحسان

Maknanya : “Inilah yang dimaksud dari hadits cinta tanah air adalah sebahagian dari keimanan; seseorang yang makin sempurna imannya secara otomatis dia akan memakmurkan tanah airnya dengan amal shalih dan mengisinya dengan berbagai kebaikan.”

Ungkapan Ibnu ‘Allan di atas dapat dipahami jika rasa kecintaan tanah air itu melekat maka hasrat untuk memakmurkannya lebih hebat dan secara optimal akan mewujudkannya dengan perbuatan-perbuatan yang baik dan loyal, seperti membantu orang-orang yang kesusahan, menata desa atau kampung tempat dia tinggal, aktif dalam kegiatan kemasyarakatan maupun sosial, membantu pemerintah menciptakan lingkungan yang sehat, sejuk dan damai, mendidik generasi muda agar ke depannya bisa mengharumkan Indonesia di mata dunia. Itulah sebabnya Umar bin Khaththab pernah mengatakan sebagaimana yang saya nukil dalam kitab Tafsir Ruhil Bayan surat Al-Qashash ayat 85 Jilid 6, hal. 320 sebagai penguat hadits yang telah saya sebutkan di awal,

لولا حبُّ الوَطَن لخرِب بلدُ السّوء فبحب الأوطان عمرت البلدان

Maknanya : “Kalaulah bukan karena cinta tanah air sudah pasti setiap insan dianugerahi negeri yang rusak, karena mencintai tanah airlah negeri-negeri yang ada di dunia ini menjadi makmur.”

Imam Isma’il Al-‘Ajluni Asy-Syafi’i juga menafsirkan kandungan hadits hubbul wathan dalam kitabnya Kasyful Khafa’ Wa Muzilul Ilbas ‘Amma Isytahara Minal Ahadits ‘Ala Alsinatin Nas Jilid 1, h. 346,

المراد به الوطن المتعارف ولكن بشرط أن يكون سبب حبه صلة أرحامه ، أو إحسانه إلى أهل بلده من فقرائه وأيتامه ، ثم التحقيق أنه لا يلزم من كون الشئ علامة له اختصاصه به مطلقا ، بل يكفي غالبا

Maknanya : “Cinta tanah air adalah sebahagian dari iman maksudnya tanah air tempat saling mengenal, dengan syarat sebab kecintaan itu tumbuh karena silaturrahmi, berbuat baik kepada penduduk yang fakir maupun anak-anak yatim. Perlu digaris bahwa kecintaan ini tidak menjadi tanda khusus secara mutlak akan tetapi menurut kebiasaannya.”

Mari kita sama-sama mencintai tanah air, cinta tanah air merupakan modal dasar keimanan yang dengan kecintaan itu maka akan tumbuh semangat untuk bela negara, tidak korupsi dan tidak berbuat sewenang-wenang. Jika kita bisa melaksanakannya tercapailah makna dari hakikat cinta tanah air.

Ahsanakumullahul hal abadan,
Sang Pecinta Kedamaian : Al-Ustadz Miftahul Chair Al-Fat, S.Hi. MA.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hadits Palsu (2) Wanita Di Neraka Selama 70000 Tahun Gara-Gara 1 helai Rambutnya Terlihat Lelaki Yang Bukan Mahramnya

Nabi Adam Menggunakan Bahasa Suryani Tidak Bahasa Arab (Bahasa Pertama Di Dunia)

Sunnah Zikir Tahlil Sambil Menggeleng-Gelengkan Kepala