Bendera Merah Putih Bendera Rasulullah Saw

Bendera Merah Putih Bendera Rasulullah Saw

Oleh : Al-Ustadz Miftahul Chair Al-Fat, S.Hi. MA
Genre : Kajian Islami
Alumni Hukum Islam Pasca Sarjana UIN Sumatera Utara

Kebaikan yang ada pada diri setiap muslim yang ingin memperbaiki dirinya adalah dengan mengambil pedoman utama akhlak Rasulullah Sayyidina Muhammad. Allah Swt berfirman :

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا

Maknanya : “Dan apa yang disampaikan Rasulullah Saw kepadamu maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr : 7).

Merah Putih Adalah Warna Kekhasan Rasulullah Saw

Warna merah putih merupakan warna dasar yang diberikan secara khusus oleh Allah Swt untuk Rasulullah. Karena warna ini menjadi warna trend Nabi maka tentunya memiliki nilai maupun filosofi yang terdalam yang harus terus diperkenalkan dan dilestarikan. Rasulullah Swt menggunaka kedua warna ini untuk bendera khas ataupun simbol islami yang melekat dan mempunyai kandungan makna yang dapat digunakan semua orang tanpa memandang agama, suku, bangsa dan status. Mari kita lihat hadits-hadits yang menyatakan hal ini,

عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ زَوَى لِي الْأَرْضَ فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا وَأُعْطِيتُ الْكَنْزَيْنِ الْأَحْمَرَ وَالْأَبْيَضَ وَإِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي لِأُمَّتِي أَنْ لَا يُهْلِكَهَا بِسَنَةٍ عَامَّةٍ وَأَنْ لَا يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ فَيَسْتَبِيحَ بَيْضَتَهُمْ

Maknanya : “Dari Tsauban, Rasulullah Saw bersabda : Sesungguhnya Allah melipat bumi untukku hingga saya dapat melihat timur serta baratnya. sebenarnya kekuasaan ummatku bakal meraih apa yang sudah dinampakkan untukku. Saya diberi dua perbendaharaan besar yaitu warna merah dan putih. Saya bermohon kepada Tuhanku untuk ummatku supaya Dia tak membinasakan mereka dengan kekeringan menyeluruh dan supaya Dia tidak memberikan kuasa kepada musuh terkecuali diri mereka sendiri yang menyerang sesama mereka.” (HR. Muslim bab halakul ummah ba’dhum biba’dh No. 5144).

Para ulama seperti Imam An-Nawawi dan lain-lain banyak menafsirkan bahwa merah dan putih itu merupakan simbol emas dan perak. Simbol emas perak itu merupakan simbol kemenangan dan kejayaan. Oleh karena itu pada masa dahulu Rasulullah Saw menggunakan bendera dan panji merah putih untuk mendapatkan kemenangan di mana harta ghanimah yang didapat terdiri dari emas dan perak.

Perhatikan hadits di atas, warna merah adalah dua warna yang menjadi perbendaharaan terbesar, diikuti dengan bagian kalimat di penghujung akhir yang berkonklusi pada peperangan. Rasulullah Saw meminta kepada Allah agar umat selalu menang dalam peperangan. Tentunya dalam peperangan dua warna inilah yang menjadi bendera atau panji Rasulullah dan umat saat itu. Alasan yang paling konkrit karena ini adalah hadits yang tershahih yang menyatakan tentang bendera merah putihnya Rasulullah Saw, dan tentunya karena ini merupakan perbendaharaan tentunya dua jenis warna inilah yang sering digunakan Rasulullah untuk bendera atau panji pada saat peperangan dan juga pada baju atau sebutan-sebutan tertentu tentang merah maupun putih dll.

Kita lihat lagi hadits yang lain yang menyatakan tentang bendera atau  panji Rasulullah Saw terdiri dari merah dan putih,

عَنْ كَرِز بْنِ أسَامَةَ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَقَدَ رَايَةً لِبَنِي سُلَيْمٍ حَمْرَاءَ

Maknanya : “Dari Kariz bin Usamah bahwa Rasulullah Saw menetapkan untuk panji (bendera kecil) Bani Salim berwarna Merah.” (HR. Thabrani dalam kitabnya Al-Mu’jamul Kabir No. 425).

Wajar sekali Rasulullah Saw memerintahkan untuk menggunakan bendera warna merah tersebut karena warna ini adalah warna yang menjadi perbendaharaan terbesar Rasulullah Saw tentunya untuk umatnya beliau pun menyamakan warnanya.

Baik kita lihat lagi dalam hadits berikut,

عَنْ عَمْرَةَ قَالَتْ: كَانَ لِوَاءُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبْيَضَ

Maknanya : “Dari ‘Amrah, adalah bendera Rasulullah Saw berwarna putih.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannafnya bab fi ‘aqdil liwaa’ wat tikhadzihi No. 33611).

Kedua hadits yang telah saya sebutkan di atas adalah hadits shahih yag tidak diragukan sanad maupun matannya. Maka wajar saja jika Indonesia menggunakan perpaduan warna merah putih yang disukai Rasulullah Saw menjadi warna bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam Ushul Fiqh ini namanya Al-Jam’u Wat Taufiq yaitu menggabungkan dua nash yang berbeda dan menyepadankannya menjadi satu kesatuan dalam beramal. Bendera dan panji memiliki persamaan makna sejatinya hanya berbeda pada ukuran dan bentuk. Bendera lebih besar ukurannya berbentuk persegi empat sedangkan panji berukuran kecil dan berbentuk segitiga. Memadukan warna merah dan putih sekaligus merupakan kecerdasan intelektual luar biasa dari para ulama, kiyai, mubalig, ustadz yang turut ikut memperjuangakan Indonesia ini. Bagaimana tidak, para pahlawan nasional kita; Pangeran Diponogoro seorang ulama karismatik bermazhab Syafi’i yang dalam pengetahuannya terhadap kitab Tuhfatul Muhtaj karya Imam Ibnu Hajar Al-Haitami, Imam Bonjol, Hasanuddin, Sultan Agung Tirtayasa, Pangeran Antasari, Teuku Umar, Teuku Cik Dik Tiro dll mereka semua adalah para ulama kaliber yang tidak ada tanding di masanya. Adapun sinergitas warna merah putih menjadi bendera NKRI merupakan keridhaan mereka yang terinspirasi dan terimplementasi dari hadits Rasulullah Saw.

Hadits Tertulis Di Bendera Dengan Kalimat Tauhid Lemah

Bendera merah putih yang ditulis kalimat tauhid atau dengan warna apapun tidaklah tepat. Memadukan sesuatu yang dihormati dengan sesuatu yang sakral itu sebuah urusan lain. Bendera merupakan simbolis yang mesti dihormati sedangkan kalimat tauhid adalah kalimat yang suci. Itulah sebabnya para ulama terdahulu tidak menggunakan lafaz tauhid di bendera karena bisa merusak identitas dan sakralitas kalimat tersebut. Baiklah, mari kita lihat hadits berikut,

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: «كَانَتْ رَايَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَوْدَاءَ وَلِوَاؤُهُ أَبْيَضُ، مَكْتُوبٌ عَلَيْهِ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ الله. لَا يُرْوَى هَذَا الْحَدِيثُ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ إِلَّا بِهَذَا الْإِسْنَادِ، تَفَرَّدَ بِهِ: حَيَّانُ بْنُ عُبَيْدِ الله

Maknanya : “Dari Ibnu ‘Abbas, dia berkata : Panji Rasulullah berwarna hitam dan benderanya putih. Tertulis kalimah Laa ilaaha Illallah Muhammadur Rasulullah. Hadits ini memiliki sanad dari Ibnu ‘Abbas saja, Hayyan bin ‘Ubaidullah hanya sendiri meriwayatkannya.” (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jamul Awsath No. 219 dan diriwayatkan juga oleh Imam Abu Syeikh).

Karena perawi menyendiri dalam meriwayatkan hadits ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Imam Ath-Thabrani maka sudah tidak diragukan lagi kedha’ifannya. Lebih detailnya, Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalani dalam kitabnya Fathul Bari bab qauluhu maa qiila fi liwa’in Nabi jilid 6, hal. 127 menyatakan,

حَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ وَلِأَبِي يَعْلَى مِنْ حَدِيثِ بُرَيْدَةَ وَرَوَى أَبُو دَاوُدَ مِنْ طَرِيقِ سِمَاكٍ عَنْ رَجُلٍ مِنْ قَوْمِهِ عَنْ آخَرَ مِنْهُمْ رَأَيْتُ رَايَةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَفْرَاءَ وَيُجْمَعُ بَيْنَهَا بِاخْتِلَافِ الْأَوْقَاتِ وَرَوَى أَبُو يَعْلَى عَنْ أَنَسٍ رَفَعَهُ أَنَّ اللَّهَ أَكْرَمَ أُمَّتِي بِالْأَلْوِيَةِ إِسْنَادُهُ ضَعِيفٌ وَلِأَبِي الشَّيْخِ من حَدِيث بن عَبَّاسٍ كَانَ مَكْتُوبًا عَلَى رَايَتِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَسَنَدُهُ وَاه

Maknanya : “Hadits Abu Hurairah, hadits Abi Ya’la dari Buraidah, hadits Abu Dawud dari Thariq Simak tentang warna kuning dari panji Rasulullah, hadits tersebut dikumpulkan yang menunjukkan adanya perbedaan warna pada perbedaan waktu dalam menggunakannya dan Hadits riwayat Abu Ya’ala dari Anas yang marfu’ bahwa umatku dimuliakan Allah dengan bendera-bendera adalah lemah. Sementara itu hadits dari riwayat Abu Syeikh dari Ibnu ‘Abbas yang tertulis dipanjinya itu kalimah Laa ilaaha Illallah Muhammadur Rasulullah sanadnya lemah sekali (waahin).”

Saya renung-renungkan benar-benar cerdas para ulama kita dahulu yang memadukan warna merah putih sebagai warna bendera Indonesia karena merah putih memiliki panduan nash yang shahih dan absah. Sedangkan bendera yang berwarna hitam putih dan tertulis kalimah tauhid yang baru-baru saja mucul akhir-akhir ini merupakan hadits lemah. Dalam hal ini, kita mesti meninggalkan hadits lemah ini karena kalimah tauhid tidak bisa dipadukan pada sebuah bendera sehingga bisa merusak kesucian itu. Alasan yang paling konkrit para ulama tidak memadukan warna pada bendera dengan tulisan di dalamnya untuk menjaga kalimah tersebut. Karena apabila bendera itu dibawa pada peperangan atau pada saat-saat tertentu dikhawatirkan bendera itu jatuh dan terinjak, atau jika yang memegang panji tersebut kebelet buang air maka bendera itu terbawa olehnya. Oleh karena itu kita dilarang menciptakan sesuatu yang membawa dosa di dalamnya.

Riwayat Bendera & Panji Rasulullah Saw Berwarna Hitam Putih Sangat Lemah

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: كَانَ «لِوَاءُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبْيَضَ، وَرَايَتُهُ سَوْدَاء. التعليق - من تلخيص الذهبي - يزيد ضعيف

Maknanya : “Dari Ibnu ‘Abbas RA, ia berkata : Bendera Rasulullah Saw putih dan panjinya hitam. Adz-Dzahabi memberikan ulasannya bahwa hadits ini dha’if karena dha’ifnya Yazid bin Hayyan.” (HR. Hakim dalam Al-Mustadrak No. 2506).

Imam At-Tarmidzi dalam kitabnya As-Sunan No. 1603 menyatakan seputar hadits bendera hitam putih,

وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ ابْنِ أَبِي زَائِدَةَ

Maknanya : “Hadits ini hadits hasan gharib (aneh) tidak kami ketahui kecuali dari hadits Ibnu Abi Zaidah.” Sudah dimaklumi para ulama hadits, apabila sebuah hadits dinyatakan gharib oleh At-Tarmidzi menunjukkan bahwa hadits itu cacat dan bermasalah serta sangat dha’if sekali, sanadnya kuat tapi tidak sampai derajat hasan yang istilahnya isnaduhu qawiyy walakin layanzil ila darajatil hasan sebagaimana yang disebutkan dalam kitab juhudul muhadditsin.

Jika Imam At-Tarmidzi menyebutkan sebuah hadits gharib artinya ada keanehan pada matan atau isi dari hadits. Hal ini diketahui bahwa barangkali bagi At-Tarmidzi warna hitam tidak termasuk hadits shahih karena hadits yang shahih adalah warna satu paket yakni merah dan putih. Di sisi lain, Imam At-Tarmidzi meyakini bahwa warna hitam adalah warna yang tidak ideal untuk sebuah kekuatan atau keberanian. Sudah disepakati oleh seluruh masyarakat dunia bahwa hitam imejnya terkesan adalah warna kehampaan, warna kematian, warna kegelapan, warna yang mengekspresikan ketakutan dan kekelaman, warna kejahatan hingga warna iblis. Hitam juga simbol kesedihan.

Bendera-Bendera Negara Tidak Bisa Terlepas Dari Warna Merah & Putih

Kita dapat saksikan bahwa negara di dunia tetap meletakkan celuran warna merah di bendera, Amerika Serikat saja dalam benderanya memasukkan unsur merah dan putih, begitu juga Swedia, Inggris, Jepang, Malaysia, Polandia dengan terbalik putih merah bahkan ada negara di dunia ini yang benderanya sama dengan bendera Indonesia. Nama negara tersebut Malta.

Adapun unsur hitam hanya sedikit sekali pada celuran warna di bendera negara-negara dunia seperti Palestina, garis pada bendera negara Brunei Darussalam dll. tapi lagi-lagi mereka tidak memasukkan unsur hitam pekat pada bendera negara mereka.

Makna Merah Putih

Kecenderungan dunia memilih warna merah putih dalam bendera sebagai simbol kekuatan dan keberanian serta kesucian niat atau pun tujuan. Merah melambangkan darah, apa pun golongan manusia beserta ras dan kulit mereka darahnya tetap merah, artinya jika kita terbiasa melihat darah atau sesuatu yang merah-merah maka kebiasaan itu membuat darah menjadi kuat, tahan banting dan tidak mudah goyah. Merah juga melambangkan simbol keindahan dan kewibawaan. Rasulullah Saw menggunakan baju dengan berwarna merah seperti dalam hadits yang disebutkan di bawah berikut,

عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ سَمِعَ الْبَرَاءَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرْبُوعًا وَقَدْ رَأَيْتُهُ فِي حُلَّةٍ حَمْرَاءَ مَا رَأَيْتُ شَيْئًا أَحْسَنَ مِنْهُ

Maknanya : “Dari Abi Ishaq dia mendengar Al-Baraa’ berkata : Rasulullah Saw pernah duduk bersila, sungguh aku melihat beliau mengenakan pakaian hullah yang berwarna merah yang aku belum pernah melihat sesuatu yang lebih indah dari beliau.” (HR. Bukhari bab Ats-Tsaubul Ahmar No. 5400).

Warna merah juga memberikan makna kecantikan dan kelembutan, itulah sebabnya Rasulullah Saw memanggil istrinya Aisyah yang cantik nan lembut dengan kata “Ya Humaira” yang berarti wahai yang pipinya dan kulitnya kemerah-merahan. Aisyah memiliki pipi yang apabila dia malu maka memerah dan meronalah pipinya. Sedangkan kulitnya berwarna putih susu melepak yang kemerah-merahan menunjukkan aura kecantikan Aisya yang luar biasa.

Sedangkan warna putih adalah filosofi yang menunjukkan sesuatu yang sejuk dan segar dipandang. Putih melambangkan warna kebersihan, warna kejernihan dan kebeningan, warna ketulusan, warna kesetiaan, dan yang paling penting adalah warna kesucian. Putih adalah tulang manusia walaupun dia memiliki kulit yang hitam legam. Putihnya tulang menjadi filosofi yang terindah, walaupun dalam tubuh manusia penuh darah, kotoran, air tapi warna putihnya tulang tidak terkontaminasi dengan itu semua. Maka apakah menajdi sesuatu yang layak apabila warna putih dan hitam terus disandingkan, sesuatu yang berlawanan atau antoniminatif yang kontras.

Warna Merah Putih jika dipadukan merupakan simbol kelahiran di mana darah merah ibu (ovum) dan darah putih sang bapak menjadikan cikal bakal lahirnya manusia baru. Selanjutnya, ketika manusia baru jadi, ia menumpang ari-ari yang berwarna merah dan berselimut air ketuban berwarna putih. Tak selesai sampai tahap itu, ketika sudah terlahir dan keluar dari rahim, kembali kita diingatkan warna merah dengan istilah jabang bayi (bayi merah) yang hidup dari susu ibu yang berwarna putih. Unsur tubuh manusia pun terdiri dari sel darah merah (hemaglobin) dan sel darah putih (leocosit).
Cahaya Merah juga merupakan cahaya yang pertama diserap oleh air laut, sehingga banyak ikan dan invertebrata kelautan yang berwarna merah. Di sisi lain, riak gelombang air laut selalu terlihat berwarna putih. Jadi dapat disimpulkan bahwa warna merah putih itu merupakan simbolisasi dari laut itu sendiri. Tak heran, jika Indonesia yang merupakan negaara maritim/negara kepulauan memilih untuk memiliki bendera merah putih selain karena terinspirasi dari hadits Rasulullah Saw.

Kata Para Ahli Tentang Warna Merah Putih

Dalam buku berjudul “Api Sejarah” karya Prof. DR. Ahmad Mansur Suryanegara, disebutkan bendera Republik Indonesia (RI), Sang Saka Merah Putih, yaitu Bendera Rasulullah Muhammad SAW. Beberapa ulama berjuang untuk mengenalkan Sang Saka Merah Putih sebagai bendera Rasulullah SAW pada bangsa Indonesia dengan mengajarkannya kembali mulai sejak Abad Ketujuh Masehi atau abad kesatu Hijriah. Saat ini bertepatan dengan masuknya agama Islam ke Nusantara.
Mansyur menyebutkan beberapa ulama membudayakan bendera merah putih dengan beragam sarana antara lain tiga langkah berikut :

Pertama, setiap awal perbincangan atau pengantar buku, sering disampaikan atau dituliskan arti Sekapur Sirih serta Seulas Pinang. Tidakkah kapur dengan sirih bakal melahirkan warna merah? Lalu, jika buah pinang diiris atau dibelah, akan tampak di dalamnya berwara putih?

Ke-2, budaya menyambut kelahiran serta pemberian nama bayi dan Tahun Baru Islam selalu dirayakan dengan menyajikan bubur merah putih?

Ketiga, ketika membangun rumah, di susunan atas dikibarkan Sang Merah Putih. Setiap hari Jum’at, mimbar Jum’at di Masjid Agung atau Masjid Raya dihiasi dengan bendera merah putih. Mansyur juga menyebutkan pendekatan budaya yang dilakukan beberapa ulama sudah jadikan pemerintah kolonial Belanda tak mampu melarang pengibaran bendera merah putih oleh rakyat Indonesia.

Dalam Website www.hazmisrondol.com dinyatakan tak heran, dalam catatan sejarah bendera merah putih sudah dipakai oleh kerajaan-kerajaan Nusantara di zaman dahulu seperti :

1. Zaman Singosari (1222-1292), bendera merah putih dipakai Kertanegara, raja Singosari waktu itu saat menumpas pemberontakan Jayakatwang.

2. Zaman Majapahit, bendera merah putih dipakao tentara Pamalayu dalam mengawal Putri Dara Jingga dan Dara Merak. Serta dipakai raja Hayam Wuruk dalam upacara-upacara kebesaran kerajaan.

3. Perang Diponegoro (1825-183), bendera merah putih dipakai untuk pani perlawanan Belanda.

4. Zaman Sisingamangaraja IX, warna bendera perangnya juga merah putih. Tercermin jelas dalam gambar pedang kembar (pusaka Piso Gaja Dombak).

5. Zaman Kerajaan Bugis Bone, bendera kebesaran kerajaan adalah merah putih yang dikenal dengan sebutan Worongporang.

Terimakasih karena telah membaca tulisan saya ini semoga diberkahi Allah Swt.

Sang Pecinta Kedamaian : Al-Ustadz Miftahul Chair Al-Fat, S.Hi. MA.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hadits Palsu (2) Wanita Di Neraka Selama 70000 Tahun Gara-Gara 1 helai Rambutnya Terlihat Lelaki Yang Bukan Mahramnya

Nabi Adam Menggunakan Bahasa Suryani Tidak Bahasa Arab (Bahasa Pertama Di Dunia)

Sunnah Zikir Tahlil Sambil Menggeleng-Gelengkan Kepala