Signifikan Pembacaan Alquran Di Kuburan
Signifikan Pembacaan Alquran Di Kuburan
Oleh : Al-Ustadz Miftahul Chair Al-Fat, S.Hi. MA
Genre : Fikih Islami/Tasawuf Study
Alumni Hukum Islam Pasca Sarjana UIN Sumatera Utara
Salah satu bagian yang spesial dan up to date dari sunnah Rasulullah Sayyidina Muhammad Saw yang sudah mentradisi dan dilestarikan di seluruh dunia dan di mana pun Anda berada adalah membaca Alquran di pekuburan. Metode pembacaannya pun beragam, terkadang secara individual dan kadang secara bersama-sama. Kegiatan ini jangan sampai hilang ditelan kesibukan insan. Allah Swt mengingatkan kepada kita dalam firman-Nya :
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ.حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِر
Maknanya : “Bermegah-megahan telah mengalpakan kalian sehingga kalian masuk ke dalam kubur.” (QS. At-Takatsur : 1-2).
Ayat ini mengindikasikan bahwa di akhir zaman manusia jarang atau tidak pernah lagi ke kuburan untuk membaca atau mengirimkan bacaan ayat, zikir, shalawat kepada penghuni kubur. Alasan utama yang sangat signifikan seseorang tidak lagi ke makam karena over kesibukan atau terjebak dengan pemahaman kaku yang keliru. Allah Swt memerintahkan kepada hamba-Nya untuk membaca Alquran di mana pun dan kapan pun tanpa membatasi tempat termasuk di kuburan karena ada perintah dari Rasulullah Saw untuk mengaplikasikannya dalam internalisasi Alquran secara singkronitasnya dengan aura positif dari kuburan.
Justifikasi Hadits-Hadits Terkait Dengan Pembacaan Alquran Di Pekuburan
Begitu urgensialnya pembacaan ayat suci Alquran di kuburan sampai-sampai Rasulullah Sayyidina Muhammad Saw dalam beberapa kesempatan menyampaikan sabdanya,
عن ابْن عُمَرَ، يَقُولُ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمْ فَلَا تَحْبِسُوهُ، وَأَسْرِعُوا بِهِ إِلَى قَبْرِهِ، وَلْيُقْرَأْ عِنْدَ رَأْسِهِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ، وَعِنْدَ رِجْلَيْهِ بِخَاتِمَةِ الْبَقَرَةِ فِي قَبْرِهِ
Maknanya : “Dari Ibnu ‘Umar RA, dia berkata : Aku mendengar Nabi Saw bersabda : Jika salah satu di antara kalian ada yang meninggal maka janganlah jenazahnya ditahan berlama-lama, segeralah untuk dimakamkan. Hendaklah didekat kepalanya dibacakan surat Al-Fatihah dan di dekat kakinya ayat terakhir dari surat Al-Baqarah di kuburnya.” (HR. Thabrani dalam kitabnya Al-Mu’jamul Kabir No. 13613, Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 9294 dan Al-Khalal dalam Al-Amr Bil Maruf).
Secara filosofis, pembacaan surat Al-Fatihah dan akhir surat Al-Baqarah memiliki testimonium,
1. Al-Fatihah bermakna pembuka, meninggalnya seseorang berarti dia telah masuk ke alam mukaddimah atau pembuka dari pintu akhirat.
2. Saripati yang terkandung di dalam Al-Fatihah mengundang datangnya pertolongan Allah. Saya kira tidak ada yang lebih pantas di tolong di dunia ini melainkan mereka yang menjadi pemula penduduk barzakh.
3. Di dalam ayat disebutkan ada doa yang bermakna tunjukilah kami ke jalan yang lurus, dengan harapan sesampainya ke akhirat nanti tetap dalam hidayah Allah.
4. Pembacaan surat Al-Baqarah di dekat kaki jenazah, klimaks intinya karena kaki adalah organ tubuh manusia yang banyak melangkah pada kemaksiatan, pada ayat akhir surat Al-Baqarah ada doa-doa permintaan ampun hamba kepada Tuhannya. Inilah korelasi yang dimaksud dari hadits Nabi Saw di atas.
Hadits Nabi Saw di atas dapat dijadikan hujjah yang kuat untuk membacakan Alquran pada jenazah di pekuburan. Imam Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Baari Syarhu Shahihil Bukhari bab as-sur’ah bil janazah Jilid 3, hal. 184 menjelaskan status hadits di atas,
حَدِيث بْنِ عُمَرَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمْ فَلَا تَحْبِسُوهُ وَأَسْرِعُوا بِهِ إِلَى قَبْرِهِ أَخْرَجَهُ الطَّبَرَانِيُّ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ
Maknanya : “Hadits Ibnu ‘Umar yang mendengarkan Rasulullah Saw bersabda : Jika salah satu di antara kalian ada yang meninggal maka janganlah jenazahnya ditahan berlama-lama, segeralah untuk dimakamkan ke kuburnya diriwayatkan oleh Thabrani dengan sanad yang baik (hasan).”
Di waktu yang berbeda Rasulullah Saw bersabda,
مَنْ زَارَ قَبْرَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدِهِمَا فِي كُلِّ جُمُعَةٍ فَقَرَأَ عِنْدَهُمَا يس غُفِرَ لَهُ بِعَدَدِ كُلِّ حَرْفٍ مِنْهَا
Maknanya : “Siapa yang berziarah ke kuburan kedua orangtuanya atau salah satunya pada setiap jumat, kemudian ia membacakan yasin untuk keduanya maka diampunilah dia sebanyak huruf yang ada pada surat Yasin tersebut.” (HR. Abu Nu’aim dalam kitabnya Tarikh Ashbahan dari Abu Bakar Ash-Shiddiq No. 2026).
Hadits yang telah saya sebutkan ini memiliki banyak sekali hadits-hadits pendukung sehingga yang tadinya hadits ini lemah dalam periwayatannya menjadi kuat atau saling menguatkan karena didukung oleh riwayat Thabrani dalam Ausath, Ibnu Abid Dunia dalam Al-Qubur, Baihaqi dalam Syu’abul Iman sebagaimana yang disebutkan oleh Imam As-Suyuthi dalam kitabnya Al-La’alil Mashnu’ah Fil Ahaditsil Maudhu’ah. Hadits ini juga diperkuat dengan riwayat shahih yang disampaikan oleh Mulla ‘Ali Al-Qari As-Sulthani dalam kitabnya Mirqatul Mafatih Syarhu Misykatil Mashabih bab maa yuqaalu ‘inda man hadharahul maut jilid 5, hal. 336,
وَفِي رِوَايَةٍ صَحِيحَةٍ أَيْضًا يس قَلْبُ الْقُرْآنِ، لَا يَقْرَؤُهَا عَبْدٌ يُرِيدُ الدَّارَ الْآخِرَةَ إِلَّا غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ; فَاقْرَءُوهَا عَلَى مَوْتَاكُم
Maknanya : “Dalam riwayat yang shahih juga, Rasulullah Saw bersabda : Yasin adalah jantungnya Alquran, tidaklah seorang hamba membacanya karena menginginkan pahala di negeri akhirat melainkan Allah Swt mengampuni dosanya yang telah lalu, maka bacakanlah surat yasin atas orang yang telah meninggal.” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya bab Qira’atu yasin No. 3002, An-Nasa’i dalam As0Sunan Al-Kubra No. 10912, Thabrani dalam Al-Mu’jamul Kabir No. 511).
Rasulullah Saw di dalam haditsnya yang lain bersabda,
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ مَرَّ عَلَى الْمَقَابِرِ وَقَرَأَ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ إِحْدَى عَشْرَةَ مَرَّةً، ثُمَّ وَهَبَ أَجْرَهُ لِلْأَمْوَاتِ أُعْطِيَ مِنَ الْأَجْرِ بِعَدَدِ الْأَمْوَاتِ
Maknanya : “Dari ‘Ali bin Abi Thalib dia berkata : Rasulullah Saw bersabda : Barangsiapa yang melewati pemakaman-pemakaman dan dia membaca qul huwallahu ahad sebanyak 11 kali, kemudian ia menghadiahkan pahalanya kepada orang yang telah meninggal maka diberikanlah kepadanya pahala tersebut sebanyak orang yang meninggal di pemakaman itu.” (HR. Khalal dalam kitabnya Fadha’il Qul Huwallahu Ahad No. 54).
Di dalam riwayat yang berbeda Nabi kita Saw bersabda,
أَخْرَجَ أَبُو الْقَاسِمِ سَعْدُ بْنُ عَلِيٍّ الزَّنْجَانِيُّ فِي فَوَائِدِهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ دَخَلَ الْمَقَابِرَ ثُمَّ قَرَأَ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَأَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ ثُمَّ قَالَ إِنِّي جَعَلْتُ ثَوَابَ مَا قَرَأْتُ مِنْ كَلَامِكَ لِأَهْلِ الْمَقَابِرِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ كَانُوا شُفَعَاءَ لَهُ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى
Maknanya : “Dari Abu Hurairah, dia berkata : Rasulullah Saw bersabda : Barangsiapa yang masuk ke dalam pekuburan kemudian membaca surat Al-Fatihah, Qul Huwallahu Ahad dan Alhakumut Takatsur. Kemudian dia berkata : Ya Allah sesungguhnya aku jadikan pahala kalam-Mu yang ku baca untuk penduduk kubur ini yang mu’min maupun mu’minah, maka mereka akan memberikan syafa’at kepadanya sampai kepada Allah Swt.” (HR. Az-Zanjani dalam kitabnya Al-Fawa’id yang dinukil dalam Tuhfatul Ahwadzi oleh Imam Abul ‘Ula bab maa jaa’a fish shadaqah ‘anil mayyit jilid 3, hal. 275).
Itulah sebabnya Imam As-Syafi’i dalam sebuah qaulnya menyatakan bahwa mengirim hadiah pahala kepada mayyit tidak sampai lantaran tidak berdoa kepada Allah agar berkenan disampaikan kepadanya. Ini merupakan etika seorang hamba yang tidak bisa memastikan sampainya pahala tersebut sehingga dia harus berdoa terlebih dahulu untuk disampaikan. Imam Asy-Syafi’i bukan memutlakkan tidak sampai, tapi beliau lebih cenderung berpegang pada hadits di atas, jika sudah berdoa kepada Allah memohon disampaikan pahala tersebut pastilah pahala itu sampai kepadanya. Jika tidak berdoa untuk disampaikan maka kemungkinan lebih pada tidak sampainya pahala tersebut. Signifikansi Qaul Imam Asy-Syafi’i tentang hal ini telah disampaikan oleh mujtahid mazhab Syafi’i yakni Imam Al-Baihaqi dalam kitabnya Ma’rifatus Sunan Wal-Atsar bab maa yuqaalu idza adkhala mayyita qabrahu jilid 5, hal. 332,
قَالَ الشَّافِعِيُّ: وَأُحِبُّ لَوْ قُرِئَ عَلَى الْقَبْرِ وَدُعِيَ لِلْمَيِّت
Maknanya : “Imam Asy-Syafi’i berkata : Dan yang aku cintai sekiranya dibacakan Alquran di atas kuburan dengan didoakan sampainya pahala itu pada orang yang telah meninggal.”
Kebutuhan manusia akan kuburan tidak bisa dielakkan, walau kuburan bersifat statis secara lahiriyah namun efeksiasi bathiniyahnya yang ajaib mampu menghasilkan sebuah denyut peradaban yang maju dan berkembang. Sebagai contoh-tanpa bermaksud menyamakan-negara-negara seperti Amerika, Rusia dll tetap mengambil andil yang besar terhadap kuburan. Acara-acara seremonial yang dilakukan oleh pemuka agama mereka dan para pelayat tetap terus dijunjung tinggi. Dalam film-film semisal Captain America; The Winter Soldier, Dawn Of Justice; Superman VS Batman, Logan; The Wolferine dll tetap khas kuburan mereka tampilkan sebagai alarm pengingat akan kematian padahal mereka sudah sangat modern dengan kecanggihan sains maupun teknologi.
Itulah sebabnya, perintah Rasulullah Saw untuk membaca Alquran di kuburan dilanjutkan dan terus dilestarikan oleh para sahabatnya sebagaimana tertera dalam hadits shahih berikut,
في سنن البيهقي بإسناد حسن؛ أن ابن عمر استحبَّ أن يقرأ على القبر بعد الدفن أوّل سورة البقرة وخاتمتها
Maknanya : “Di dalam Sunan Baihaqi dengan sanad yang baik, bahwa Ibnu ‘Umar suka membaca awal surat Al-Baqarah dan akhir ayatnya di atas kubur setelah pemakaman.” (HR. Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra bab maa wurida fi qira’atil quran ‘indal qabri No. 7068).
عن عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ العلاء بْنِ اللَّجْلَاجِ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: قَالَ لِي أَبِي: " يَا بُنَيَّ إِذَا أَنَا مُتُّ فَأَلْحِدْنِي، فَإِذَا وَضَعْتَنِي فِي لَحْدِي فَقُلْ: بِسْمِ اللهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُولِ اللهِ، ثُمَّ سِنَّ عَلَيَّ الثَّرَى سِنًّا، ثُمَّ اقْرَأْ عِنْدَ رَأْسِي بِفَاتِحَةِ الْبَقَرَةِ وَخَاتِمَتِهَا، فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ذَلِكَ
Maknanya : “Dari ‘Abdurrahman bin ‘Alaa bin Al-Lajlaj dari ayahnya dia berkata : ayahku berkata kepadaku : Wahai anakku, apabila aku meninggal dunia maka kebumikanlah aku, jika engkau telah meletakkan jasadku ke dalam liang lahad, bacalah : Dengan dan atas agama Rasulullah, kemudian timbunlah dengan tanah dengan cermat ke atasku. Setelah itu bacakanlah di sisi kepalaku awal surat Al-Baqarah dan ayat terakhirnya, karena sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda demikian.” (HR. Thabrani dalam Al-Mujamul Kabir No. 491).
Dari hadits di atas, point yang jelas adalah betapa pentingnya orang yang masih hidup membacakan ayat-ayat Alquran di kuburan. Sahabat mengamalkan itu karena memang ada komando dari Rasulullah Saw dan mereka adalah yang paling baik dalam mengamalkan sunnah Rasulullah Saw. Selain itu pula, redaksi surat dan ayat tidak menjadi patokan secara khusus atau dipermanenkan. Surat apapun itu yang dibacakan kepada jenazah tetap memberi manfaat dan berdampak pada kebaikan bagi peziarah dan yang telah tiada. Mari kita telusuri lagi hadits yang berkenaan dengan ini,
عَنِ الشَّعْبِيِّ قَالَ: كَانَتِ الْأَنْصَارُ إِذَا مَاتَ لَهُمُ الْمَيِّتُ اخْتَلَفُوا إِلَى قَبْرِهِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ
Maknanya : “Dari Asy-Sya’bi, dia menyatakan, adalah para sahabat Anshar apabila ada yang meninggal di kalangan mereka maka mereka akan berganti-gantian ke kuburan untuk membacakan Alquran kepada yang telah meninggal.” (HR. Al-Khallal dalam kitabnya Al-Qira’ah ‘Indal Qubur No. 7).
Revitalisasi Pandangan Para Ulama 4 Mazhab Dalam Membaca Alquran Di Kuburan & Substansi Hikmah Yang Terkandung Di Dalamnya ada beberapa point, sebagai berikut :
A. Mengkhatamkan Alquran Ketika Membaca Alquran Di Kuburan Merupakan Kebaikan
Sejatinya setiap sebuah amalan yang diperintahkan pastilah memiliki hikmah yang asasi dan mendasar. Hanya saja terkadang keterbatasan manusia untuk melalui proses tapal batas kemampuannya untuk menguak rahasia dibalik sunnah tersebut. Dalam mazhab Syafi’i dijelaskan oleh Imam An-Nawawi Rahimahullah dalam kitabnya Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab bab at-ta’ziah wal buka’ alal mayyit jilid 5, hal. 311,
وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَقْرَأَ مِنْ الْقُرْآنِ مَا تَيَسَّرَ وَيَدْعُوَ لَهُمْ عَقِبَهَا نَصَّ عَلَيْهِ الشَّافِعِيُّ وَاتَّفَقَ عَلَيْهِ الْأَصْحَابُ
Maknanya : “Dan disunnahkan membaca Alquran semampunya bagi peziarah kubur dan mendoakan ahlul kubur seperti yang telah dinashkan atau ditetapkan oleh Imam Asy-Syafi’i dan sepakatnya para sahabat.” Imam An-Nawawi di dalam kitabnya yang sama pada bab kaifiyyat idkhalil mayytil qabra jilid 5, hal. 294,
نَصَّ عَلَيْهِ الشَّافِعِيُّ وَاتَّفَقَ عَلَيْهِ الْأَصْحَابُ قَالُوا وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يُقْرَأَ عِنْدَهُ شئ مِنْ الْقُرْآنِ وَإِنْ خَتَمُوا الْقُرْآنَ كَانَ أَفْضَلَ
Maknanya : “Imam Asy-Syafi’i telah menetapkan dan para sahabatnya telah bersepakat disunnahkan membaca sebahagian dari Alquran di dekat kubur mayyit. Jika mereka mampu mengkhatamkan Alquran seluruhnya maka itu yang paling utama (afdhal).”
Setelah pembacaan Alquran itu diharapkan membaca doa khusus agar disampaikan Allah pahalanya kepada mayyit seperti keterangan dari Imam An-Nawawi dalam kitabnya Raudhatut Thaalibin Wa ‘Umdatul Muftin bab al-muzara’ah wal mukhabarah; fashlun jilid 5, hal. 191,
وَمَعْلُومٌ أَنَّ الْمَيِّتَ لَا يَلْحَقُهُ ثَوَابُ الْقِرَاءَةِ الْمُجَرَّدَة. أَنْ يُعْقِبَ الْقِرَاءَةَ بِالدُّعَاءِ لِلْمَيِّتِ، لِأَنَّ الدُّعَاءَ يَلْحَقُهُ، وَالدُّعَاءُ بَعْدَ الْقِرَاءَةِ أَقْرَبُ إِجَابَةً وَأَكْثَرُ بَرَكَةً
Maknanya : “Sudah dimaklumi bahwa orang yang telah meninggal tidak dapat meraih pahala bacaan Alquran begitu saja yang dibacakan kepadanya, hendaklah selepas membaca Alquran di kuburan dengan memohonkan doa agar sampainya pahala tersebut ke mayyit karena doa memang dapat bekerja untuk itu, dan ditambah lagi doa setelah membaca Alquran di kubur lebih dekat pengijabahannya dan lebih banyak berkahya.
Doa yang diajarkan Rasulullah Saw dalam hadits riwayat Az-Zanjani dapat dijadikan pedoman. Imam An-Nawawi juga menyebutkannya dalam magnum opusnya Al-Adzkar bab nahyi an subbil amwat hal. 165,
فالاختيار أن يقول القارئ بعد فراغه: اللهمّ أوصلْ ثوابَ ما قرأته إلى فلان، والله أعلم
Maknanya : Maka yang dipilih bagi pembaca Alquran setelah selesai darinya dengan doa : “Ya Allah sampaikanlah pahala dari apa yang aku baca ini kepada “seseorang”. Wallahu A’lam.” Doa seperti ini dapat kita jumpai di buku yasin, takhtim dan tahlil.
Dalam mazhab Hanafi demikian adanya, bahwa membaca Alquran di kuburan hukumnya sunnah, hal ini secara jelas diterangkan oleh Imam Ath-Thahthawi ‘Ali Al-Hanafi dalam kitabnya Muraqil Falah bab fi hamliha wa dafniha jilid 1, hal. 233,
( ويستحب ) للزائر ( قراءة ) سورة ( يس لما ورد ) عن أنس رضي الله عنه ( أنه ) قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ( من دخل المقابر فقرأ ) سورة ( يس ) يعني وأهدى ثوابها للأموات ( خفف الله عنه يومئذ ) العذاب ورفعه وكذا يوم الجمعة يرفع فيه العذاب عن أهل البرزخ
Maknanya : “(Disunnahkan) bagi peziarah kubur (membaca) surat Yasin (karena ada riwayat) dari Anas yang menyebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda : (Siapa yang memasuki areal pekuburan lalu dia membaca) surat (yasin) yakni dia menghadiahkan pahala surat yasin itu kepada orang yang meninggal (maka Allah Swt meringankan mayyit pada hari itu) dari azab dan melepaskan darinya. Demikian pula pada hari Jumat karena azab diangkat dari penduduk barzakh.”
Selain itu pula dapat kita saksikan pula pendapat Imam Az-Zaila’I Al-Hanafi dalam kitabnya Tabyinul Haqa’iq Syarhu Kanzid Daqa’iq bab al-hajji ‘anil ghair jilid 5, hal. 331 menegaskan,
أَنَّ الْإِنْسَانَ لَهُ أَنْ يَجْعَلَ ثَوَابَ عَمَلِهِ لِغَيْرِهِ عِنْدَ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ صَلَاةً كَانَ أَوْ صَوْمًا أَوْ حَجًّا أَوْ صَدَقَةً أَوْ قِرَاءَةَ قُرْآنٍ أَوْ الْأَذْكَارَ إلَى غَيْرِ ذَلِكَ مِنْ جَمِيعِ أَنْوَاعِ الْبِرِّ ، وَيَصِلُ ذَلِكَ إلَى الْمَيِّتِ وَيَنْفَعُه
Maknanya : “Sesungguhnya manusia yang menjadikan pahala amalannya sendiri untuk orang lain menurut ahlus sunnah wal jama’ah baik itu solat, puasa, haji, shadaqah, pembacaan Alquran atau zikir-zikir dll merupakan bagian dari keseluruhan perbuatan yang baik. Pahala itu sampai juga kepada mayyit dan bermanfaat untuknya.”
B. Pembacaan Alquran Kepada Mayyit Menjadi Oleh-Oleh khusus Untuknya
Di kalangan mazhab Maliki juga disebutkan oleh Imam Al-‘Allamah Al-Qurthubi dalam kitabnya At-Tadzkirah bab maa jaa’a fi qira’atil quran ‘indal qabri hal. 84,
من حديث أنس خادم رسول الله صلى الله عليه و سلم أنه قال : قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : إذا قرأ المؤمن آية الكرسي و جعل ثوابها لأهل القبور أدخل الله تعالى في كل قبر مؤمن من المشرق إلى المغرب أربعين نورا و وسع الله عز و جل عليهم مضاجعهم و أعطى الله للقارئ ثواب ستين نبيا و رفع له بكل ميت درجة و كتب له بكل ميت عشر حسنات ولهذا استحب العلماء زيارة القبور تحفة الميت من زائره
Makanya : “Dari hadits Anas pembantu Rasulullah Saw, dia berkata Rasulullah Saw bersabda : Apabila seorang yang beriman kepada Allah membaca ayat kursi dan menghadiahkan pahala bacaanya kepada penduduk kubur maka Allah akan memasukkan 40 cahaya pada kubur orang mu’min dari timur hingga barat, Allah meluaskan tempat peristirahatan mereka, Allah memberikan pada pembaca tersebut pahala 60 Nabi dan Allah akan mengangkat derajat dari setiap orang yang meninggal, dan menuliskan baginya 10 kebaikan untuk setiap yang meninggal. Berdasarkan dalil inilah para ulama menyunnahkan membaca Alquran di kuburan karena bacaan tersebut menjadi buah tangan untuk mayyit dari peziarah.”
Di barisan ulama mazhab Hanbali, Imam Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al-Kaafi Fi Fiqhi Ahmad bin Hanbal bab at-ta’ziah jilid 1, hal. 374 dan Imam Al-Buhuti Al-Hanbali dalam kitabnya Kasyful Qana’ ‘an Matnil Iqna’ bab fashl raf’il qabri ‘anil ardh jilid 4, hal. 431 menyebutkan,
قَالَ أَحْمَدُ : الْمَيِّتُ يَصِلُ إلَيْهِ كُلُّ شَيْءٍ مِنْ الْخَيْرِ ، لِلنُّصُوصِ الْوَارِدَةِ فِيهِ وَلِأَنَّ الْمُسْلِمِينَ يَجْتَمِعُونَ فِي كُلِّ مِصْرٍ وَيَقْرَءُونَ وَيَهْدُونَ لِمَوْتَاهُمْ مِنْ غَيْرِ نَكِيرٍ فَكَانَ إجْمَاعًا
Maknanya : Imam Ahmad bin Hanbal berkata : Ada berbagai kebaikan yang akan sampai pahalanya kepada orang yang telah tiada, berdasarkan keterangan-keterangan yang diterima mengenai itu juga karena umat Islam biasa berkumpul di setiap negeri, membaca Alquran lalu menghadiahkannya kepada orang yang telah meninggal di antara mereka dan tak seorang pun yang menentangnya. Ini merupakan ijma’ yang telah berlaku.”
Ketidaktahuan tentang dalil-dalil ini sering sebahagian kecil orang menganggap bahwa membaca Alquran di kuburan itu tidak ada nash sharihnya. Hal ini wajar karena belum sampai rill kebenaran itu padanya, namun jika sudah sampai dalil-dalil yang telah saya sebutkan sudah semestinya amaliah ini diterapkan tanpa keraguan. Imam Ahmad pernah sebelum dia mengetahui dalil yang shahih tentang ini, melarang seseorang untuk membaca Alquran di kuburan dengan alasan tidak pernah dilakukan Rasulullah Saw. Untuk lebih jelasnya, lihatlah keterangan dari Imam Abul Husain bin Abi Ya’ala dalam kitabnya Thabaqatul Hanabilah bab utsman bin Ahmad Al-Maushili hal. 221,
منها ما نقلته من المجموع لأبي حفص البرمكي قَالَ: كان أَبُو عَبْدِ اللَّهِ أَحْمَد بن حنبل فِي جنازة فلما انتهى إلى القبر رأي رجلا يقرأ عَلَى قبر فقال: أقيموه وقائم إلى جنبه مُحَمَّد بْن قدامة الجوهري فقال: له يا أبا عَبْد اللَّهِ كيف مبشر بْن إِسْمَاعِيلَ عندك فقال: ثقة فقال: فإنه حَدَّثَنَا عَنْ عبد الرحمن بن العلاء بْن اللجلاج قَالَ: قَالَ لي إني إذا أنا مت فوضعتني فِي لحدي فسو قبري واقعد عند قبري واقرأ فاتحة سورة البقرة وخاتمتها فإني رأيت عُمَر يفعل ذلك فقال: أَبُو عَبْدِ الله ابعثوا إلى ذلك فردوه
Maknanya : “Sebagaimana yang saya nukil dari Al-Majmu’ karya Abi hafsh Al-Barimaki, dia berkata : Ahmad bin Hanbal melaksanakan fardhu kifayah terhadap jenazah, tatakala selesai dikuburkan, dia melihat ada pemuda yang membaca Alquran di atas kuburan, lalu Ahmad berkata : Menjauhlah darinya, Muhammad ibnu Qudamah Al-Jauhari lantas berkata kepadanya : Wahai ayah Abdullah (sebutan Imam Ahmad) bagaimana menurut Anda Mubasysyir bin Isma’il. Imam Ahmad menjawab : dia orang yang tsiqah (dapat dipercaya). Imam Ibnu Qudamah menjelaskan, sesungguhnya telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman bin ‘Alaa bin Al-Lajlaj, dia berkata kepadaku : Apabila aku mati maka letakkanlah aku ke dalam liang lahad, rapikan kuburanku dan duduklah di sisi makamku, bacakanlah awal surat Al-Baqarah dan ayat terakhir darinya, karena sesungguhnya aku melihat Umar bin Khaththab melakukan hal demikian. Lantas Ahmad berkata : Lakukanlah hal yang demikian lalu suruh pemuda tadi untuk membaca Alquran kembali.”
C. Membaca Alquran Di Kuburan Menghilangkan Kesan Angker Atau Menyeramkan & Dapat Mengabulkan Hajat
Korelasi yang paling unik di dalam sunnah yakni ada pembacaan Alquran di Kuburan. Alquran menghantarkan keberkahan bagi peziarah dan yang diziarahi dan kuburan menimbulkan resistansi ingat pada kematian secara positif. Alquran yang dibaca akan menerbangkan seseorang pada ridha Allah dan rahmat-Nya, kuburan yang diziarahi akan melenyapkan segala ketakutan akan hidup di dunia, sikap sombong. Kuburan adalah mediasi yang paling efektif menghilangkan sifat bermalas-malasan dan menggairahkan semangat bekerja sehingga negeri apa pun yang penduduknya tidak lupa akan kuburan pasti mengalami kemajuan. Itulah sebabnya para ulama terdahulu hingga sekarang menganjurkan membaca Alquran di kuburan. Kuburan yang diramaikan dengan orang-orang yang membaca Alquran sudah kehilangan kesan horornya. Dalam kitab-kitab sejarah, para ulama banyak mengisahkan orang-orang meninggal yang shalih banyak orang yang masih hidup berziarah untuk membaca Alquran dan mengambil berkah dari ziarah tersebut.
Imam Khathib Al-Baghdadi dalam kitabnya Tarikhu Baghdad bab maa dzukira fi maqabira baghdad makhshushah jilid 1, hal. 445 meriwayatkan,
أبُو الفضل عبيد الله بْن عَبْد الرَّحْمَنِ بْن مُحَمَّد الزهري، قَالَ: سمعت أَبِي يقول: قبر معروف الكرخي مجرب لقضاء الحوائج، ويقال: إنه من قرأ عنده مائة مرة قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وسأل الله تعالى ما يريد قضى الله له حاجته
Maknanya : “Abu Fadhl ‘Ubaidullah bin ‘Abdur Rahman bin Muhammad Az-Zuhri dia berkata, aku mendengar ayahku berkata, kuburan Ma’ruf Al-Kurkhi sangat mujarrab atau ampuh untuk mendatangkan segala hajat, dan dikatakan, sesungguhnya siapa yang dapat membaca surat Al-Ikhlash 100 kali di sisi kuburnya, lalu dia meminta kepada Allah apa yang dia kehendaki niscaya Allah memenuhi hajatnya.”
Imam Ibnu Katsir Asy-Syafi’i dalam kitabnya Al-Bidayah Wan-Nihayah bab wafati Syeikh Taqiyyuddin Ibnu Taimiyyah jilid 18, hal. 297 mengisahkan,
وَخُتِمَتْ لَهُ خَتَمَاتٌ كَثِيرَةٌ بِالصَّالِحِيَّةِ وَالْبَلَدِ، وَتَرَدَّدَ النَّاسُ إِلَى قَبْرِهِ أَيَّامًا كَثِيرَةً لَيْلًا وَنَهَارًا يبيتون عنده ويصبحون، وَرُئِيَتْ لَهُ مَنَامَاتٌ كَثِيرَةٌ صَالِحَةٌ، وَرَثَاهُ جَمَاعَةٌ بِقَصَائِدَ جَمَّة
Maknanya : “Ibnu Taimiyyah meninggal waktu Ashar, pemakamannya dihadiri hingga 200 ribu orang hingga keadaan berdesak-desakan karena orang-orang ingin menyaksikan jenazahnya untuk terakhir kali. Para jemaah yang hadir mengambil sisa air mandi jenazahnya untuk diminum dan dibagi-bagikan. Serban maupun pakaiannya pun dilelang dengan harga yang cukup tinggi pada masa itu. Dikhatamkan bacaan Alquran berkali-kali baik di makamnya atau di kota. Orang-orang berbolak-balik ke kuburannya berkali-kali beberapa hari baik malam maupun siang. Sampai-sampai mereka menginap hingga shubuh, mereka mengalami mimpi-mimpi yang baik sepeninggalnya dan para peziarah mendendangkan kasidah yang beraneka ragam.”
Jadi kebiasaan orang-orang dahulu dan sampai sekarang membaca beramai-ramai di kuburan bahkan ada yang memasang tenda dan menginap merupakan kebiasaan salafush salih yang sudah ada dasar dan pendalilannya yang jelas dan gamblang. Maka sebenarnya yang kita herankan di masa sekarang bukan yang membaca Alquran di kubur tapi mereka yang tidak mau mau membacanya maka itu patut diherankan dan aneh kelihatannya.
Semoga bermanfaat tulisan ini dan saya bertawassul kepada Rasulullah Sayyidina Muhammad Saw untuk keberkahannya dan pengambilan manfaatnya agar penulis diselamatkan Allah dari siksa kubur.
Ahsanakumullahul hal abadan,
Sang Pecinta Kedamaian : Al-Ustadz Miftahul Chair Al-Fat, S.Hi. MA.
TERIMAKASIH
BalasHapusTERIMAKASIH
BalasHapus